TERAPI KOMBINASI UNTUK ERADIKASI HELICOBACTER PYLORI PADA PEPTIC ULCER DISEASE

Posted by Anonymous

Apakah Anda sering mengalami nyeri pada saluran cerna? Apakah Anda mempunyai riwayat sakit maag? Ataukah Anda sering merasa mual dan muntah serta sering terbangun di malam hari karena mengalami rasa nyeri yang hebat di bagian lambung atau di ulu hati? Jika iya, sebaiknya Anda perlu lebih waspada mulai dari sekarang. Nyeri merupakan suatu pertanda telah terjadi sesuatu yang tidak beres dalam tubuh Anda. Kemungkinan telah terjadi sesuatu di dalam saluran pencernaan Anda. Jangan pernah menganggap remeh rasa nyeri itu sebelum semuanya menjadi terlambat untuk diatasi.


Seringkali kita menganggap sakit atau nyeri yang sering terjadi di saluran cerna sebagai sakit maag yang disebabkan oleh asam lambung yang berlebihan. Asam lambung merupakan salah satu faktor yang biasanya menjadi kambing hitam untuk gangguan pada saluran cerna. Akibatnya, setiap ada nyeri pada bagian lambung atau usus, obat yang diberikan adalah obat antasid (anti acid atau anti asam). Hal tersebut memang tidak sepenuhnya salah, tetapi ada faktor lain yang perlu dicurigai sebagai penyebab sakit di saluran pencernaan, terutama di bagian lambung dan usus. Selain asam lambung yang berlebih, stress dan infeksi bakteri Helicobacter pylori juga memicu terjadinya luka pada mukosa lambung dan usus(3). Luka inilah yang dikenal sebagai tukak lambung dan tukak duodenum (peptic ulcer disease)(2). Faktor-faktor penyebab nyeri pada lambung atau usus harus diketahui untuk menentukan terapi pengobatan yang akan dilakukan.

Apa yang menjadi sasaran utama terapi tukak lambung dan tukak duodenum? Sasaran terapi ini adalah bakteri Helicobacter pylori dan asam lambung. Helicobacter pylori ditetapkan sebagai tersangka utama nomor dua sebagai penyebab utama terjadinya tukak lambung dan tukak duodenum setelah asam lambung. Pada tahun 1982, ketika Barry Marshall dan Robin Warren menemukan bakteri ini, stress dan gaya hidup masih dianggap sebagai penyebab utama tukak. Marshall dan Warren terus menerus meneliti bakteri ini dan akhirnya mendapatkan hubungan antara bakteri ini dengan tukak. Helicobacter pylori ditemukan pada lebih dari 90% pasien yang mengalami tukak duodenum dan 70% pasien yang mengalami tukak lambung(4). H.pylori merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk spiral yang membentuk koloni pada bagian bawah lambung (pada bagian pylorus atau pada daerah perbatasan dengan usus)(4). Berkat jasanya menemukan bakteri H.pylori sebagai penyebab baru tukak lambung dan tukak duodenum, Marshall dan Warren mendapatkan hadiah nobel dalam bidang kesehatan (Noble Prize in Physiology or Medicine) pada tahun 2005.

Bagaimana bakteri ini mampu menyebabkan luka pada dinding lambung? Jawabannya terdapat pada enzim urease yang dihasilkan oleh bakteri ini. Enzim ini akan menghasilkan amonia yang bersifat toksik dan merusak pertahanan mukosa lambung(4). Kerusakan mukosa diperparah dengan hadirnya asam lambung berlebih yang juga ikut ambil bagian untuk menyerang pertahanan di daerah ini. Sel-sel mukosa tak mampu menahan serangan dari asam lambung dan akhirnya sel-sel ini pun mati. Regenerasi sel mukosa tak mampu mengimbangi perlawanan asam lambung dan invasi bakteri H.pylori sehingga semakin lama dinding lambung dan usus akan terus menerus terkikis, dan menipis. Luka menjadi semakin melebar dan dalam, sehingga suatu saat akan terjadi pendarahan pada dinding lambung dan usus (bleeding). Selain pendarahan, jika semakin parah akan terbentuk lubang (dinding lambung mengalami perforasi) sehingga makanan di dalam lambung dapat tumpah ke rongga perut.

Tujuan dari terapi adalah menghilangkan atau mengeradikasi bakteri H.pylori dan mengontrol jumlah asam lambung berlebih yang dapat memperparah tukak. Terapi tunggal antibiotik atau terapi tunggal obat penurun kadar asam telah terbukti tidak optimal untuk mengobati tukak yang disebabkan karena infeksi bakteri H.pylori. Oleh sebab itu, diperlukan suatu kombinasi terapi yang terdiri dari antibiotika ditambah dengan obat-obat yang mampu menurunkan kadar asam lambung (misalnya penghambat pompa proton atau antagonis reseptor H2) untuk pasien yang positif H.pylori(4).

Bagaimana kita mengetahui telah terjadi infeksi bakteri H.pylori? Cara untuk mengetahuinya adalah dengan serangkaian tes di laboratorium. Tes yang dilakukan meliputi tes yang invasif yaitu dengan endoskopi; tes napas untuk mengetahui apakah terdapat urea dalam napas; tes serum darah dan tes feses, keduanya untuk mendeteksi antibodi IgG terhadap bakteri ini(2). Antibodi IgG merupakan zat yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai mekanisme pertahanan diri jika terdapat infeksi bakteri. Terdeteksinya antibodi IgG dalam serum darah dan feses menunjukkan terdapat infeksi bakteri H.pylori. Walaupun agak memakan biaya, tetapi tes ini sangat penting dilakukan untuk menentukan strategi terapi yang tepat. Jika tidak terdapat bakteri H.pylori maka cukup digunakan obat penekan jumlah asam lambung dan tidak perlu digunakan antibiotika.

Berikut ini adalah obat-obat yang digunakan untuk eradikasi bakteri H.pylori dan mengobati tukak :

ANTIBIOTIK. H.pylori sensitif dengan antibiotik tertentu misalnya amoxicillin (Amoxillin(R)-Pharos, kapsul 500 mg)(1) dan antibiotik golongan makrolida misalnya clarithromycin (Comtro(R)-Combiphar, tablet salut selaput 250 mg) (1). Antibiotik lini kedua yang digunakan yaitu tetrasiklin (Tetrin(R)-Interbat, kapsul 250 mg dan 500 mg) (1), metronidazole (Farizol(R)-Ifars, kaplet 250 mg dan 500 mg) (1), dan ciprofloxacin (Cetafloxo(R)-Soho, kapsul 250 mg dan kaplet 500 mg) (1). Salah satu indikasi semua obat golongan ini adalah untuk mengeradikasi bakteri H.pylori di saluran cerna. Kontraindikasi : pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap antibiotik, ibu hamil dan menyusui (tetrasikiln) (5). Efek samping yang paling umum terjadi dari penggunaan antibiotik adalah permasalahan di saluran pencernaan misalnya mual, muntah dan diare(5). Reaksi alergi dapat terjadi dengan semua antibiotik tetapi yang paling sering terjadi adalah alergi antibiotik golongan penisilin atau sulfa. Reaksi alergi yang terjadi mulai dari bercak merah pada kulit, biasanya jarang, namun parah dan mengancam jiwa karena menyebabkan shock anafilaksis(5).

OBAT PENEKAN JUMLAH ASAM LAMBUNG. Obat-obat golongan ini meliputi penghambat pompa proton (PPI/ proton pump inhibitor); antagonis reseptor H2 (H2RA/ H2 reseptor antagonist); dan antasid. PPI (Proton Pump Inhibitor) bekerja dengan cara menghambat atau memblok langsung tempat yang menghasilkan asam(3). Beberapa macam obat ini yaitu omeprazole (OMZ(R)-Ferron, kapsul 20 mg)(1), esomeprazole (Nexium(R)-AstraZeneca, tablet salut selaput 20 dan 40 mg)(1), lansoprazole (Nufaprazol(R)-Nufarindo, kapsul 30 mg)(1), rabeprazole (Pariet(R)-Eisai, tablet salut enterik 10 mg dan 20 mg)(1), dan pantoprazole (Pantozol(R)-Pharos, tablet 20 dan 40 mg)(1). Efek samping obat golongan ini jarang, meliputi sakit kepala, diare, konstipasi, muntah, dan ruam merah pada kulit(3). Ibu hamil dan menyusui sebaiknya menghindari penggunaan PPI. Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung dengan cara berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal lambung. Bila histamin berikatan dengan reseptor H2, maka akan dihasilkan asam(3). Dengan diblokirnya tempat ikatan antara histamin dan reseptor, digantikan dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan. Beberapa macam obat ini yaitu cimetidine (Corsamet(R)-Corsa, tablet 200 mg dan 400 mg) (1), famotidine (Ifamul(R)-Guardian Pharmatama, tablet 20 mg)(1), ranitidine (Tricker(R)-Meprofarm, tablet salut selaput 150 mg)(1), dan nizatidine (Axid(R)-Eli Lily, kapsul 150 mg)(1). Efek samping obat golongan ini yaitu diare, sakit kepala, kantuk, lesu, sakit pada otot, dan konstipasi.

BISMUT. Bismut biasanya dikombinasikan dengan obat penekan jumlah asam pada terapi tukak yang disertai infeksi bakteri H.pylori. Bismut aktif melawan H.pylori dengan konsentrasi hambat minimal yaitu 16 mg/ml (4). Beberapa macam obat yang mengandung bismut yaitu Diotame(R) dan Pepto-Bismol(R), keduanya dalam bentuk tablet kunyah 262 mg (5). Bismut dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap bismut.

Berikut ini adalah terapi kombinasi beserta dosis obat yang direkomendasikan dan telah disetujui oleh Food And Drugs Association (FDA) untuk melawan bakteri H.pylori dan menjaga agar tidak terjadi sekresi asam berlebih yang dapat memperparah tukak (4):

PPIAC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, amoksisilin, dan clarithromycin yang mempunyai keefektifan 90-95% dalam eradikasi H.pylori. Ketika menggunakan terapi ini, PPI diminum dua kali sehari sebelum makan selama 14 hari; amoksisilin 1000 mg dua kali sehari bersama dengan makanan selama 14 hari; dan clarithromycin 500 mg dua kali sehari diminum bersama dengan makanan selama 14 hari. FDA sudah membuktikan bahwa terapi selama 10 hari juga sudah efektif. Terapi 7 hari tidak disarankan oleh FDA karena kurang efektif dibandingkan terapi selama 10-14 hari. Antagonis reseptor H2 sebaiknya tidak ditambahkan pada kombinasi yang menggunakan PPI.

PPIMC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, metronidazole, dan clarithromycin. Metronidazole 500 mg dapat digunakan sebagai pengganti amoksisilin karena memiliki daya eradikasi yang sama. Efektivitas kombinasi ini yaitu antara 88-95% untuk memeberantas bakteri H.pylori.

BMT-H2. Kombinasi ini terdiri dari bismut, metronidazole, dan terasiklin, ditambah dengan antagonis reseptor H2. Terapi ini agak rumit karena menggunakan empat macam obat yang diberikan empat kali sehari selama dua minggu dan masih dilanjutkan terapi dengan obat antagonis reseptor H2 selama 16 hari. Bismut yang diberikan adalah bismuth salisilat 262 mg, dua tablet empat kali sehari dengan cara dikunyah selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Metronidazole 250 mg diminum empat kali sehari selama dua minggu diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Tetrasiklin 500 mg diberikan empat kali sehari selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Antagonis reseptor H2 diberikan selama 30 hari untuk meningkatkan kesembuhan. PPI yang diminum dua kali sehari dapat digunakan untuk mengganti antagonis reseptor H2.

RBC-C. Kombinasi ini terdiri dari ranitidine, bismut citrat, dan clarithromycin. Ranitidine 150 mg ditambah bismut sitrat 240 mg diminum dua kali sehari selama empat minggu dikombinasikan dengan clarithromycin 500 mg diminum tiga kali sehari untuk dua minggu pertama. Kombinasi ini kurang efektif dibanding kombinasi lainnya di atas. Selain itu, waktu pemberiannya juga agak merepotkan, durasinya lama (empat minggu), ditambah lagi hanya satu antibiotik yang digunakan. RBC merupakan pilihan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.



Terapi kombinasi tersebut akan mampu membunuh bakteri H.pylori yang menyebabkan tukak dan memperparah tukak. Mengapa kita harus waspada terhadap bakteri H.pylori? Bakteri ini banyak ditemukan di negara-negara berkembang, dan angka kejadian tukak karena infeksi bakteri ini sangat tinggi di negara berkembang yang padat penduduknya, ekonomi lemah dan sanitasi lingkungannya yang buruk. Kita tinggal di Indonesia, negara yang sanitasi lingkungannya cukup amburadul. Dengan kata lain, kita pun akan mudah terserang infeksi bakteri ini. Satu-satunya cara adalah dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan dan perubahan gaya hidup dan pola makan Anda. Jangan abaikan rasa nyeri di dalam tubuh Anda sebelum terjadi sesuatu yang lebih parah dalam tubuh Anda. Jangan sampai masa tua Anda menjadi sengsara karena serangan asam lambung yang berlebihan dan ulah jahat bakteri H.pylori yang tinggal dengan enaknya, membentuk keluarga bakteri yang hidup dengan nyaman di dalam saluran cerna Anda. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tetapi harga yang harus dibayar di waktu kemudian bisa tak terhingga mahalnya jika semuanya sudah terlambat untuk diatasi. Obati sebelum terlambat!



PUSTAKA

1). Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2006/2007, Edisi 6, Info Master, Jakarta.

2). DiPiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Pasey, l.M., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiological Approach, 6th Ed., The McGraw-Hill Inc., USA.

3). Hardman, J.G., Limbird, L.E., Molinof, P.B., Ruddon, R.w., 2006, The Pharmacological Basic of Therapeutics, 9th Ed., The McGraw-Hill Companies Inc., USA.

4). Kimble, M.A., Young, L.E., Kradjan, W.A., Guglielmo, B.J., Alldredge, B.K., Corelli, R.L., 2005, Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs, 8th Ed., Lippincot Williams & Wilkins, USA.

5). Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L., Drug Information Handbook, 14th Ed., Lexicomp Inc., USA.