TERAPI HORMON PADA KANKER PAYUDARA STADIUM AKHIR

Posted by Anonymous

Bagi sebagian orang, ketika mereka mendengar kata kanker maka yang terpikirkan adalah suatu penyakit yang parah dan berujung pada kematian. Pendapat ini bisa dikatakan benar, jika kanker tersebut telah menyebar luas ke bagian-bagian tubuh sehingga sangat sulit untuk diatasi, namun kanker juga bukan sesuatu yang mustahil untuk disembuhkan. Hal ini tidak lepas dari kesadaran individu dalam memperhatikan kesehatan dirinya masing-masing karena deteksi awal kanker menentukan keberhasilan terapi. Semakin dini terdeteksi, maka semakin besar kemungkinan untuk disembuhkan dan begitu juga sebaliknya.
Kanker payudara adalah penyakit dimana sel-sel kanker ditemukan di daerah (jaringan) payudara. Kanker payudara ini terbagi dalam beberapa stadium yaitu kanker payudara in situ, kemudian kanker payudara stadium I – IV. Penggolongan ini berdasarkan tingkat penyebaran sel-sel kanker. Semakin tinggi stadium maka tingkat keparahan (penyebaran) kanker juga semakin tinggi dan semakin sulit untuk disembuhkan.

Kanker payudara ditandai dengan adanya benjolan pada payudara, ukuran salah satu payudara lebih besar, bengkak dan kemerahan pada kulit di sekitar daerah payudara dan yang jarang terjadi adalah menghilangnya puting payudara. Gejala yang biasanya dirasakan berupa rasa sakit yang menusuk, sakit tulang dan juga sulit bernapas. Dengan mengetahui tanda dan gejala ini diharapkan masyarakat menjadi lebih waspada sehingga dapat mendeteksi lebih dini terjadinya kanker payudara.

Terapi yang umum dilakukan untuk mengatasi kanker payudara antara lain adalah melalui operasi, radiasi, kemoterapi dan terapi hormon. Operasi dilakukan untuk kanker payudara stadium awal, dimana dikenal dua jenis operasi yaitu mastectomy dan lumpectomy. Perbedaannya, pada mastectomy dilakukan pengangkatan seluruh payudara sedangkan lumpectomy hanya mengangkat sel-sel kankernya saja. Radiasi dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker yang tersisa pasca operasi, sedangkan kemoterapi dan terapi hormon terutama dilakukan untuk kanker payudara stadium akhir dimana penyebaran sel-sel kanker sudah sangat luas dan sulit diangkat dengan menggunakan jalan operasi. Kemoterapi dan terapi hormon dilakukan dengan memberikan obat tunggal maupun kombinasi kepada pasien.

Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai terapi kanker payudara dengan menggunakan terapi hormon, terutama pada kanker payudara stadium akhir (IV) dimana sel kanker telah menyebar ke organ lain di dalam tubuh terutama pada tulang, lambung, hati atau otak sehingga pengangkatan sel kanker melalui jalan operasi sulit atau bahkan mustahil dilakukan. Tujuan terapi pada kanker payudara stadium awal adalah untuk menyembuhkan penyakit kanker payudara tersebut, namun jika seorang pasien sudah sampai pada stadium akhir (IV) maka kanker payudara tersebut sudah bersifat tidak dapat disembuhkan sehingga tujuan terapinya menjadi mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup serta memperlama waktu hidup pasien. Memang terdengar sangat pesimis, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pasien yang sudah mencapai stadium akhir sangat sulit bahkan tidak dapat disembuhkan. Dengan tidak mengurangi harapan hidup pasien, terapi terus dilakukan walaupun kemungkinan untuk sembuh bisa dikatakan sudah tidak ada.

Estrogen merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker payudara. Estrogen merupakan hormon kelamin sekunder yang berfungsi untuk membentuk dan mematangkan organ kelamin wanita (salah satunya payudara) selama pubertas. Estrogen memicu pertumbuhan dan pematangan sel di organ kelamin wanita yang disebut sel duct, dimana sel duct ini kemudian akan membelah secara normal. Saat-saat pematangan sel duct ini merupakan saat yang paling rentan sel duct tersebut terkena mutasi. Jika ada satu sel yang mengalami mutasi akibat faktor keturunan, radiasi, radikal bebas, dll maka sel tersebut dapat membelah secara berlebihan yang seterusnya berkembang menjadi kanker. Dari sini dapat disimpulkan bahwa estrogen merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab terhadap resiko terjadinya kanker payudara, karena itulah sasaran dari terapi hormon adalah mencegah estrogen tersebut terhadap mempengaruhi/memperparah sel kanker yang ada.

Pada terapi hormon terdapat beberapa golongan obat yang digunakan, antara lain adalah golongan antiestrogen yang salah satu obatnya adalah Tamoksifen yang juga merupakan first-choice drug dalam terapi kanker payudara. Tamoksifen merupakan prodrug dan metabolitnya, 4-hydroxytaminofen dan des-N-methyl-4-hydroxytaminofen (endoxifen) yang berkompetisi dengan estrogen untuk berikatan dengan reseptor estrogen. Dalam jaringan payudara, 4-hydroxytaminofen bertindak sebagai antagonis sehingga transkripsi gen respon estrogen dihambat, dengan demikian efek estrogen pun dapat dihambat. Terapi hormon umumnya diberikan secara tunggal karena penggunaan obat kombinasi tidak menunjukkan meningkatnya efek tetapi malah meningkatkan toksisitas.

Tamoksifen mempunyai nama generik Tamoksifen Sitrat dan di Indonesia diproduksi oleh PT Kalbe Farma dengan nama dagang Tamofen. Tamofen diindikaskan untuk terapi paliatif kanker payudara tingkat lanjut pada wanita yang telah menopause, juga sebagai obat tambahan setelah operasi atau radioterapi untuk kanker payudara dini yang dapat dioperasi pada wanita yang telah menopause, namun Tamofen ini dikontraindikasikan pada wanita hamil. Tamofen terdapat dalam bentuk sediaan tablet salut film 20 mg x 3 x 10 biji dan tablet salut film 10 mg x 3 x 10 biji dengan aturan pakai 2 kali sehari 1-2 tablet dan untuk kanker payudara stadium akhir digunakan setiap hari. Seperti lazimnya obat, Tamofen juga mempunyai efek samping antara lain : rasa panas dan kemerahan pada wajah, gangguan saluran pencernaan, leukopenia & trombositopenia ringan, perdarahan vagina, gatal-gatal pada vulva/pukas (alat kelamin luar perempuan), ruam kulit, hiperkalsemia, menekan menstruasi, pembengkakan ovarium akibat kista yang bersifat reversibel, siklus mentruasi tidak teratur, edema perifer, makanan tidak berasa, depresi, pusing, sakit kepala dan perubahan okular. Walaupun Tamofen diindikasikan bagi wanita yang telah menopause, Tamofen juga dapat diberikan pada wanita yang belum menopause hanya jika pemeriksaan menyeluruh telah menyingkirkan kemungkinan kehamilan.

Dengan mengkonsumsi Tamoksifen (Tamofen) secara teratur setiap hari maka diharapkan dapat memperlama waktu hidup pasien dan mengurangi gejala yang timbul sehingga pasien tidak terlalu menderita selama sisa hidupnya dengan tidak menutup kemungkinan pasien dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 2001, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Jakarta, CV. Sagung Seto.

Bertino, J. R., 1992, Clinical Pharmacology : Basic Principles in Therapeutics, USA, McGraw-Hill, Inc.



ISFI, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Jakarta, ISFI.



Lindley, Celeste, 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, USA, McGraw-Hill, Inc.