ARTIKEL PENGGUNAAN STEROID TOPIKAL UNTUK EKSIM

Posted by Anonymous

Apa itu eksim?
Eksim merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak terjadi di Indonesia. Eksim yang sering dijumpai di masyarakat antara lain eksim atopik (eksim bawaan), iritan, dan alergi. Eksim atopik ini merupakan kondisi bawaan, biasanya berhubungan dengan asma, alergi, dan demam. Eksim iritan disebabkan oleh bahan-bahan yang mampu mengelupas lemak alami di kulit, seperti sabun, deterjen, dan disinfektan. Sedangkan eksim karena alergi disebabkan oleh reaksi imun terhadap bahan yang mengenai kulit dan baru muncul pada pemaparan kedua dan berikutnya. Pada eksim, kulit menjadi sangat kering dan keras/berkerak karena ketidakmampuan kulit menahan air di dalam sel-sel kulit, maka dapat dikatakan juga kemampuan kulit sebagai barier kimia, fisik, dan biologik menurun karena keabnormalan dinding sel di epidermis.
Tahap-tahap eksim dimulai dari kemerahan kulit yang bisa dipicu oleh iritan atau alergen atau faktor-faktor lainnya. Saat kemerahan, mediator inflamasi dilepaskan di kulit sehingga menyebabkan inflamasi/peradangan, sangat gatal, terasa perih, kering dan terkadang hingga melepuh lalu pecah. Berikut adalah ciri-ciri pada eksim akut: kemerahan dan membengkak, timbul papula berupa sebuah gelembung yang melepuh, eksudasi, lapisan kulit menjadi keras permukaannya (kerak), dan bersisik. Sedangkan pada eksim kronis, permukaan kulit lebih keras dan berkerak, lebih berpigmen/gelap, lebih tebal (karena digosok dan digaruk terus menerus), eksudat sudah berkurang tetapi justru berkembang hingga ke jaringan dalam kulit (lapisan dermis).
Bagi sebagian pasien, dengan menggaruk dapat menghilangkan rasa gatal padahal itu adalah gejala yang paling buruk. Dengan menggaruk justru turut meningkatkan pelepasan mediator inflamasi di kulit dan memperparah rasa gatal dan juga akan semakin membengkak. Ini juga membuat kulit semakin mudah dimasuki iritan ataupun alergen sehingga membuat kulit kering, semakin meradang, dan juga gatal. Begitulah siklus yang terjadi sehingga beberapa pengobatan dimaksudkan untuk memecah siklus ini.

Pengobatan apa yang dapat digunakan?
Pengobatan eksim dapat dilakukan dengan beberapa cara. Sasaran terapi eksim adalah bagian kulit yang terkena eksim. Menurut Clark (2002), ada tiga tujuan utama terapi eksim, yaitu: mengobati kulit dan menjaganya tetap sehat, mencegah ’flare-up’, dan mengobati gejala yang muncul sesegera mungkin. Strategi terapi dapat digunakan melalui strategi non farmakologis dan farmakologis. Terapi non-farmakologis dapat dilakukan melalui pemakaian emollient (krim, losion, salep, minyak) yang dapat melembabkan kulit, menghindari faktor pemicu (iritan/alergen, stress, makanan), dan juga menghilangkan kebiasaan menggaruk. Pada tahun 1999, sebuah studi menunjukkan bahwa pemakaian emollient mampu menurunkan keparahan eksim atopik pada 89% anak-anak (Chambers and Roberts, 2003). Sedangkan terapi farmakologis yang banyak digunakan adalah pemakaian steroid topikal tetapi terkadang digunakan juga antihistamin, oral streroid, antibiotik, pimecrolimus, dan tacrolimus.

Bagaimana pengobatan dengan steroid topikal?
Topikal berarti dioleskan pada kulit, bisa berupa krim, salep, atau losion. Steroid topikal digunakan untuk mengatasi inflamasi/peradangan yang terjadi dan efektif untuk mengontrol ’flare-up’ yang membuat rasa gatal dan kering. Steroid bekerja dengan mencegah pelepasan fosfolipid dari membran sel kemudian mencegah perubahannya menjadi prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya.
Steroid topikal ini sebaiknya digunakan saat gejala muncul pertama kali karena luka selanjutnya akan lebih sulit untuk diobati. Berikut adalah beberapa kunci pemakaian steroid topikal pada eksim:
1. mulailah pengobatan pada saat gejala muncul pertama kali.
2. pilih jenis steroid dengan potensi cocok.
3. pakai produk dengan hemat (tidak terlalu banyak dan terlalu sering).
4. untuk mendapat efek yang diinginkan cukup gunakan dalam jangka waktu singkat; jangka waktu yang lama digunakan untuk eksim akut sedangkan untuk eksim kronis membutuhkan pengawasan dari dokter.
5. gunakan emollient (pelembab) pada waktu yang berbeda dengan penggunaan steroid.
Steroid sebaiknya digunakan 30 menit setelah topikal emollient atau setelah mandi dengan bath oil atau pengganti sabun untuk menghilangkan sel-sel mati yang dapat mengganggu absorpsi.
Steroid topikal mampu menembus kulit sehingga beberapa dapat ditemukan di dalam darah. Apabila sejumlah besar ditemukan di dalam darah, efek samping akan muncul, antara lain penipisan kulit. Hal ini bisa disebabkan pemakaian yang tidak tepat maka pemakaian steroid topikal jangan sampai ke kulit normal. Dengan pemakaian yang tepat, steroid topikal aman dan efektif untuk eksim.

Bagaimana dengan macam-macam steroid topikal yang ada di Indonesia?
Steroid topikal tersedia pada banyak kekuatan, sebaiknya dipilih yang kekuatannya paling lemah dahulu. Para lansia dan anak-anak mempunyai kulit yang lebih tipis sehingga steroid yang lebih lemah kekuatannya yang digunakan. Steroid topikal mempunyai 4 macam kekuatan, yaitu lemah, sedikit kuat, kuat, dan sangat kuat. Berikut adalah beberapa obat pilihannya:

1. Hidrokortison (potensi: lemah)
Nama Generik : hydrocortisone krim 1% dan 2,5%
Nama Dagang : Steroderm (Medikon) krim 1%; Cortaid (Upjohn Indonesia) salep 0,5%; Hufacort (Gratia Husada) krim 1% dan 2,5%.
Indikasi : radang kulit ringan seperti eksim, ruam popok
Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak diobati; jerawat rosacea perioral dermatitis; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim dan salep.
Dosis dan aturan pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari (kulit harus bersih dan kering)
Efek samping : jarang menimbulkan efek samping,
Resiko khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (maksimal seminggu), penggunaan jangka panjang pada wajah, bayi di bawah 1 tahun.

2. Ester betametason (potensi: kuat)
Nama Generik : bethametasone
Nama Dagang : Betason (Kimia Farma) krim 0,1%; Corsaderm (Corsa) krim 0,1%; Diprosone-Ov (Schering Plough Indonesia) salep dan krim 0,05%.
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak menunjukkan respons pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis.
Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak diobati; jerawat rosacea perioral dermatitis; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim dan salep.
Dosis dan aturan pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari, untuk lebih dari 13 tahun: gunakan jumlah paling minim dalam jangka waktu yang pendek (tidak lebih dari 2 minggu).
Efek samping : penekanan pituitary-adrenalaxis, sindrom Cushing, dan efek samping lokal (penipisan kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral, depigmentasi ringan). Pemberian lebih dari 100 g/minggu dari sediaan 0,1% menimbulkan penekanan adrenal.
Resiko khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (maksimal seminggu), bayi di bawah 1 tahun, anak-anak di bawah 12 tahun, penggunaan pada wajah dan kunci paha.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2000, DepKes RI, 403-407, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Chambers, C., and Roberts, G., 2003, What is eczema? Types, causes, and treatment, 12-16, The National Eczema Society, London.

Clark, C., 2002, Over-The-Counter Treatment of Common Skin Complaints, 269, 284-286, The Pharmaceutical Journal.

Formosa, M. C., 2007, Atopic Eczema, 19, 46-51, Malta Medical Journal.

Peters, J., 1999, http://www.nursing-standard.co.uk/archives/ns/vol14-16/pdfs/cpd.pdf. Diakses pada tanggal 16 Desember 2007.