ARTIKEL Pengobatan Angina Pectoris Menggunakan Calcium Channel Blocker

Posted by Anonymous

1. Pendahuluan.

Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.
Angina (rasa nyeri) disebabkan oleh akumulasi metabolit di dalam otot bergaris. Angina pectoris merupakan rasa nyeri pada dada parah yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak memadai untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh jantung. Penyebab utama angina pectoris adalah suatu ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dengan jumlah oksigen yang dipasok ke jantung melalui pembuluh darah koroner. Gangguan keseimbangan ini dapat terjadi apabila suplai menurun (misalnya aterosklerosis atau spasme koroner) atau kebutuhan meningkat (misalnya kerja fisik).

Penanganan angina pectoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi pemberian obat-obatan, menghilangkan factor predisposisi dan pencetus dan sebagainya.Tujuan pegobatan angina adalah mengembalikan aliran darah koroner fisiologis pada jaringan jantung iskemik dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung.

Pemberian obat antiangina bertujuan untuk (1) mengatasi atau mencegah serangan akut angina pectoris dan (2) pencegahan jangka panjang serangan angina. Tujuan inidapat dicapai dengan mengembalikan imbangan dan mencegah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard, dengan cara meningkatkan suplai oksigen (meningkatkan aliran darah koroner) ke bagian miokard yang iskemik dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen jantung (mengurangi kerja jantung).

2. Calcium channel blocker (CCB)

Calcium channel blocker atau sering disebut penyakat-kanal-kalsium adalah sekelompok obat yang bekerja dengan menghambat masuknya ion Ca²+ melewati slow channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema). Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat dibedakan atas 5 golongan obat: (1) Dyhidropyridine (DHP) : Amilodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine, Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine. (2) Dyphenilalkilamine : Verapamil dll (3) Benzotiazepin : Diltiazem dll, (4) Piperazine : Sinarizine dll, (5) lain-lain : Bepridil dll.

Beberapa tipe penyakat-kanal-kalsium adalah tipe L (tempat ditemukan: Otot,saraf), tipe T (tempat ditemukan : jantung, saraf), tipe N (tempat ditemukan : saraf), tipe P (tempat ditemukan saraf purkinje serebral).

Cara kerja kanal kalsium tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot jantung dan otot polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah dibuktikan bahwa ikatan nifedipine dan dyhidropyridine lainnya terdapat pada satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga mengadakan ikatan pada reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya. Ikatan obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan dyhidropyridine. Region reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena terdapat perbedaan yang mencolok baik dalam afinitas pengikatan stereoisomer maupun potensi farmakologis pada enansiomer verapamil, diltiazem dan kongener nifedipin yang secara optis aktif.

Penyakatan oleh obat tersebut menyerupai penyakatan pada kanal natrium oleh anastetika local : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di dalam membrane yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja kanal, dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang terjadi pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium transmembran yang dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di dalam otot jantung dengan penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan pacemaker pada nodus sinus dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler. Respons otot polos terhadap aliran masuk kalsium melalui kanal kalsium yang dioperasikan reseptor juga menurun pada penggunaan obat tersebut, tetapi tidak begitu mencolok. Penyekatan tersebut berubah secara parsial dengan peningkatan konsentrasi kalsium,meskipun kadar kalsium yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Penyakatan juga dapat berubah secara parsial dengan penggunaan obat yang dapat meningkatkan aliran kalsium transmembran, seperti simpatomimetika.

Tipe kanal kalsium lainnya kurang sensitive terhadap penyakatan oleh penyakatan kanal kalsium. Oleh karena itu, jaringan dengan tipe kanal tersebut memainkan peran utama- neuron dan sebagian besar kelenjar sekresi-kurang dipengaruhi oleh obat tersebut dibandingkan dengan otot jantung dan otot polos.

3. Preparat yang tersedia

a) Amilodipine

Nama Generik: Amlodipine tablet 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Tensivask® (Dexa Medica) tablet 5mg; 10mg, Norvask® (Pfizer) tablet 5mg, 10mg.

Indikasi: Hipertensi, Angina.

Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap dyhidropiridine.

Efek samping: sakit kepala, udema, letih, somnolensi, mual, nyeri perut, kulit memerah, palpitasi, pening.

Peringatan: ganguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan dan menyusui, anak-anak dan orang tua.

Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet 5mg atau 10mg; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

b) Diltiazem

Nama Generik: Diltiazem tablet 30mg, 60mg.

Nama Dagang: Carditen® (Dankos) tablet 30mg; 60mg, Delbres® (Harsen) tablet 30mg, 60mg, Dilmen® (Sanbe Farma, A. Menarini) tablet 60mg, Diltan® (Harsen) tablet 60mg, 90mg/kapsul SR, Farmabes® (Fahrenheit) tablet 30mg, Herbesser®/ Herbesser 60®/ Herbesser 90 SR®/ Herbesser 180 SR®/ Herbesser CD 100® / Herbesser CD200® (Tanabe Indonesia) tablet 30mg, 60mg, Herbesser injection® (Tanabe Indonesia), Racordil® (Rama Farma) 30mg; 60mg/tablet.

Indikasi: Hipertensi, Angina pectoris.

Kontraindikasi: gagal ginjal parah, wanita hamil,hipersensitivitas, hipotensi, bradikardia, Sick Siannus Syndrome, A-V Blok

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: Angina Pectoris 3x sehari 1 tablet 30mg, Herbesser 3x sehari 1 tablet dapat ditingkatkan menjadi 60mg (3x sehari 1 tablet) Herbesser 90 SR : 2x sehari 1 kapsul; Herbesser 180 SR : 1x sehari 1 kapsul; Herbesser CD: Hipertensi esensial ringan sampai sedang : 100-200 sekali sehari; angina pectoris,angina pectoris tipe varian : 100mg sekali sehari, Herbesser injection dewasa bolus injeksi iv 10mg selama 1-3menit, kemudian dilanjutkan dengan drop infuse iv; takiaritmia dan angina tidak stabil: 1-5mcg/kgBB permenit; 5-15 mcg/kgBB permenit.

Bentuk sediaan obat : Tablet dan Injeksi.

c) Felodipine

Nama Generik: Felodipine tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Nirmadil® (Fahrenheit) tablet 5mg, Plendil® (AstraZeneca) tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.

Indikasi: Hipertensi, Angina pectoris.

Kontraindikasi: Wanita menyusui, kehamilan termasuk tahap dini.

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet, dosis awal mulai 2,5mg selanjutnya 5-10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

d) Nifedipine

Nama Generik: Nifedipine tablet 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Adalat® (Bayer) tablet 5mg; 10mg, Adalat Oros® (Bayer) tablet 20mg, 30mg, 60mg, Adalat Retard® (Bayer) tablet 20mg, Calcianta® (Armoxindo) tablet 5mg, 10mg, Carvas® (Meprofarm) tablet 10mg, Cordalat® (kimia farma) tablet 10mg, Coronipin® (Dexa Medica, Leiras) tablet 10mg, Farmalat® (Fahrenheit) tablet 5mg, 10mg, Fedipin® (Medikon) tablet 10mg, Infacard® (Indofarma) tablet 10mg, Kemolat® (Phyto Kemo Agung) tablet 10mg, Nifecard® (Armoxindo) tablet 10mg, 20mg/tablet retard, Nifedin® (Sanbe Farma) tablet 10mg, Niprocor® (Yekatria farma) tablet 10mg, Vasdalat® (Kalbe Farma) tablet 5mg; 10mg, Vasoner® (Harsen) tablet 10mg, Xepalat® (Metiska Farma) tablet 5mg; 10mg, Zendalat® (Zenith) tablet 5mg; 10mg.

Indikasi: terapi dan propilaksi gangguan koroner, terutama angina pectoris, hipertensi, insufisiensi koroner kronik

Kontraindikasi: wanita hamil dan menyusui, syok kardiogenik, hipersensitivitas,

Efek samping: ringan dan hanya sementara, rasa panas, rasa berat kepala, mual dan pusing, udem subcutan, hipotensi dan palpitasi.

Peringatan: dapat meningkatkan aktivitas sediaan yang menurunkan tekanan darah dan penghambat beta reseptor.

Dosis dan aturan pakai: diberi dosis tunggal atau 3x sehari 5mg-10mg sebelum makan; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

e) Nimodipine

Nama Generik: Nimodipine tablet 30mg.

Nama Dagang: Nimotop® (Bayer) tablet 30mg; 10mg/50ml botol infuse.

Indikasi: Antagonis kalsium diindikasikan untuk terapi defisit neurologik iskemik pada pendarahan subaraknoid traumatik dan spontan.

Kontraindikasi: -

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: 6x sehari1-2 tablet selama 21 hari atau infuse 2,5 ml perjam selama 5-7 hari lalu dilanjutkan tablet 6x sehari sampai hari ke-21infus: 0,5mg (2,5ml larutan infuse) per jam selama 2 jam bila toleransi baik, dosis ditingkatkan menjadi 1mg (5ml larutan infuse) per jam

Bentuk sediaan obat : Tablet dan Infus.

f) Verapamil

Nama Generik: Verapamil tablet 80mg.

Nama Dagang: Cardiover® (Landson) tablet 80mg, Isoptin/ Isoptin SR® (Tunggal IA, Knoll) tablet 80mg, 240mg/kaplet.

Indikasi: Angina pectoris

Kontraindikasi: hipotensi atau syok kardiogenik, gangguan konduksi(AV blok tingkat 2 dan 3, SA blok), sick sinus syndrome, penderita dengan atrialflutter atau fibrasi atrial dan accessory by pass tract, misalnya wolf Parkinson.

Efek samping: ortostastik hipotensi, musl, konstipasi, sakit kepala, gelisah.

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: dewasa 3x sehari 1 tablet ½ jam sebelum makan

Bentuk sediaan obat : Tablet.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 41, Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, PT Anem Kosong Anem (AKA): Jakarta.

Katzung, Bertram G, 2001, Basic & Clinical Pharmacology Eighth edition, Edisi Bahasa Indonesia, Buku I, penerjemah Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta.

Setiawati, Arini., dkk, 1995, Farmakologi dan terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Trisnohadi, Hanafi B., dkk, 1996, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, edisi III, balai penerbit FKUI, Jakarta