Foto Penderita Skizofrenia May 16th 2008, 04:10:01 on asuhan keperawatan "Foto salah satu penderita skizofrenia yang kami temui di jalan di kota Ci

Posted by Anonymous

Penyuluhan keluarga yang anggota keluarganya menderita skizofrenia

1. Ajarkan pada keluarga tentang skizofrenia :

  • Skizofrenia adalah gangguan otak yang memengaruhi semua aspek fungsional.
  • Tidak ada penyebab tunggal yang telah ditetapkan, tetapi penelitian menunjukkan bahwa penyebabnya, antara lain genetika, perubahan struktur dan kimia otak, serta berbagai faktor yang berkaitan dengan stres.
  • Gejala-gejalanya dapat mencakup mendengar suara-suara (halusinasi), keyakinan yang keliru (waham), berkomunikasi dengan cara yang sulit dipahami, serta fungsi okupasi dan sosial yang buruk.
  • Gejala-gejala dapat membaik, tetapi dapat juga kambuh terus seumur hidup.

2. Ajarkan pada keluarga tentang :

  • Obat-obatan antipsikotik yang digunakan; penting bagi klien untuk meminumnya sesuai resep.
  • Efek samping yang banyak terjadi dan dapat diatasi bila segera dilaporkan ke penyedia layanan kesehatan. (Berikan informasi spesifik mengenai obat klien).
  • Menindaklanjuti perawatan dengan ahli terapi atau manajer perawatan merupakan hal yang sangat penting.

3. Ajarkan pada keluarga tentang cara-cara mengatasi gejala klien :

  • Identifikasi berbagai kejadian yang secara tipikal mengecewakan klien dan memberikan bantuan ekstra sesuai kebutuhan.
  • Catat kapan klien menjadi marah dan lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi ansietas.
  • Tindakan untuk mengurangi ansietas meliputi istirahat, teknik-teknik relaksasi, keseimbangan antara istirahat dan aktivitas, dan diet yang tepat.
  • Catat gejala-gejala yang ditunjukkan klien ketika ia sakit, dan bila ini terjadi anjurkan klien untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan (bila ia menolak, Anda harus menghubungi sendiri penyedia layanan kesehatan tersebut).
  • Tidak menyetujui pernyataan klien tentang halusinasi atau waham; beri tahu tentang realitas, tetapi jangan berargumentasi dengan klien.

4. Informasi tambahan :

  • Ajarkan kepada keluarga tentang perawatan diri.
  • Anjurkan keluarga untuk membicarakan tentang perasaan dan kekhawatiran mereka dengan penyedia layanan kesehatan.
  • Anjurkan keluarga untuk mau mempertimbangkan bergabung dengan kelompok pendukung atau bantuan masyarakat.

Referensi :

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar : Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC.

Evaluasi Hasil

Apr 22nd 2008, 08:36:02 on asuhan keperawatan

Evaluasi hasil

1. Klien mengidentifikasikan perasaan internalnya terhadap ansietas dan menggunakan tindakan koping yang sudah dipelajarinya untuk mengurangi ansietas.

2. Klien dapat menjaga hygiene dirinya.

3. Klien mengikuti jadwal rutin untuk aktivitas hidup sehari-hari.

4. Klien menunjukkan perilaku yang tepat dalam situasi sosial.

5. Klien berkomunikasi tanpa menunjukkan pemikiran disosiasi.

6. Klien membedakan antara pikiran dan perasaan yang distimulasi dari dalam dirinya dan yang distimulasi dari luar.

7. Klien menunjukkan berkurangnya atau terkendalinya cara berpikir magis, waham, halusinasi dan ilusi.

8. Klien menunjukkan perbaikan interaksi sosial dengan orang lain.

9. Klien menunjukkan afek yang sesuai dengan perasaan, pikiran, dan situasi.

10. Klien menunjukkan berkurangnya perasaan curiga, negatif dan marah.

11. Klien mengidentifikasi aspek-aspek positif pada dirinya.

12. Anggota keluarga menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi situasi yang menimbulkan ansietas.

13. Klien berpartisipasi dalam rencana pengobatan dan mau menindaklanjuti program pengobatan di komunitas.

14. Klien dan keluarga menggunakan pengetahuan tentang gangguan, program pengobatan, medikasi, gejala-gejala dan penatalaksanaan krisis secara berkelanjutan.

Referensi :

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar : Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC.

More aboutFoto Penderita Skizofrenia May 16th 2008, 04:10:01 on asuhan keperawatan "Foto salah satu penderita skizofrenia yang kami temui di jalan di kota Ci

Diagnosis keperawatan

Posted by Anonymous

Diagnosis keperawatan

1. Analisis gejala positif dan negatif

2. Analisis kekuatan dan kelemahan klien, termasuk:

· Kemampuan mengurus diri

· Sosialisasi

· Komunikasi

· Menguji realitas

· Keterampilan pekerjaan

· Sistem pendukung

3. Analisis faktor-faktor yang meningkatkan resiko ekspresi perilaku yang tidak disadari, termasuk:

· Agitasi

· Marah

· Curiga

· Adanya halusinasi yang mengancam

4. Membentuk dan memprioritaskan diagnosis keperawatan bagi klien dan keluarganya.

· Harga diri rendah, kronis

· Koping keluarga tidak efektif : memburuk

· Gangguan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

· Koping individu tidak efektif

· Kurang pengetahuan ( sebutkan)

· Penatalaksanaan tidak efektif program terapeutik : keluarga

· Penatalaksanaan tidak efektif program terapeutik : individu

· Ketidakpatuhan

· Perubahan kinerja peran

· Kurang perawatan diri ( sebutkan)

· Perubahan sensorik/persepsi: penglihatan, pendengaran , kinestetik, pengecapan, peraba, penciuman (sebutkan)

· Perubahan proses berfikir

· Resiko kekerasan terhadap diri sendiri/orang lain.

Referensi :

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar : Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC.

More aboutDiagnosis keperawatan

artikel Gangguan Mental Skizofrenia : Pengkajian

Posted by Anonymous

Gangguan Skizofrenia

Pengkajian

1. Riwayat. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stresor pencetus dan data yang signifikan.

· Kerentanan genetic-biologik (riwayat keluarga)

· Peristiwa hidup yang menimbulkan stress

· Hasil pemeriksaan status mental

· Riwayat psikiatrik dan kepatuhan terhadap pengobatan di masa lalu

· Riwayat pengobatan

· Penggunaan obat dan alkohol

· Riwayat pendidikan dan pekerjaan

2. Kaji klien untuk adanya gejala-gejala karakteristik

pertanyaan pengkajian keperawatan

PERTANYAAN

DATA YANG DIBERIKAN

· Apakah Anda percaya bahwa Anda menderita suatu penyakit? Apa penjelasan Anda mengenai penyakit Anda tersebut?

· Apakah Anda pernah dirawat sebelumnya? Apa ynag bermanfaat bagi Anda saat itu?

· Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan Anda? Apa yang Anda anggap sebagai kesulitan-kesulitan Anda?

· Apakah Anda mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain atau melihat hal-hal yang tidak dilihat orang lain?

· Apakah Anda percaya bahwa seseorang atau sekelompok orang berencana untuk menentang atau mencoba menyakiti Anda?

· Obat apa yang Anda minum? Apakah Anda mengalami masalah dengan obat itu?

· Siapa yang anda anggap sebagai orang yang dapat membantu dalam hidup Anda?

· Apa aktivitas Anda sehari-hari?

· Kegiatan dan acara apa yang Anda sukai?

Persepsi realitas

Tingkat wawasan

Riwayat masa lalu

Tingkat harga diri

Peristiwa hidup yang menimbulkan stres

Pengetahuan dasar tentang penyakit

Halusinasi

Waham

Kepatuhan terhadap medikasi

Pengetahuan dan masalah terhadap medikasi

Tingkat hubungan yang mendukung.

Proses berfikir dari segi depresi

Anhedonia

Kemampuan merawat diri

GEJALA UMUM SKIZOFRENIA

PIKIRAN DAN KOMUNIKASI

PERSEPSI DAN INTERPRETASI

PERASAAN DAN EFEK

PERILAKU DAN INTERAKSI

Asosiasi longgar

Alogia *

Pemikiran konkret

Kurang wawasan

Waham

Halusinasi

Ilusi

Depersonalisasi

Bereaksi terhadap stimulus yang tidak relevan

Kemampuan rendah dalam menguji realitas

Datar*

Tumpul

Tidak tepat

Menarik diri dari hubungan*

Hiperaktivitas atau hipoaktivitas motorik

Ambivalensi

Anhedonia*

Avolosi *

Higiene personal yang buruk

* Mengindikasikan gejala-gejala negatif

3. Kaji sistem pendukung keluarga dan komunitas

· Pengaturan hidup saat ini dan tingkat pengawasan

· Keterlibatan dan dukungan keluarga

· Manajer kasus atau ahli terapi

· Pertisipasi dalam program pengobatan komunitas

4. Kaji pengetahuan dasar klien dan keluarga. Kaji apakah klien dan keluarganya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang :

· Gangguan skizofrenia

· Rekomendasi medikasi dan pengobatan

· Tanda-tanda kekambuhan

· Tindakan untuk mengurangi stres

5. Kaji klien untuk adanya efek samping medikasi antipsikotik

· Efek sistem pyramidal (extrapyramidal system ; ESE). Gunakan alat-alat tertentu, seperti skala AIMS atau skala neurological simpson, untuk melakukan pengkajian.

· Afek antikolinergik

· Efek kardiovaskuler

More aboutartikel Gangguan Mental Skizofrenia : Pengkajian

HUBUNGAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN AKSEPTOR

Posted by Anonymous

ABSTRAKSI
Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II. Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2005” keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Sarwono, 2003)
Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN, 2004)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II. Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2005” keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Sarwono, 2003)
Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN, 2004)
Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 1998)
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari berat badan pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003). Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan selera makan (Hartanto, 2004)
Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur sebanyak 5.380.243 peserta atau 107,8 % dari PPM sebesar 4.989.050 yang terdiri atas 1.082.934 peserta IUD (81,60 % dari PPM sekitar 1.327.100), 18.941 peserta MOP (109,17 % dari PPM sebesar 17.350), 337.937 peserta MOW (101,60 % dari PPM sebesar 332.600), 472.500 peserta implant (78,11 % dari PPM sebesar 604.900), 2.281.238 peserta suntikan (163,06 %) dari PPM sebesar 1.030.400), 22.025 peserta kondom dan obat vaginal (7,93 % dari PPM sebesar 277.700). Pencapaian tertinggi pada suntikan sebesar 163,06 %, terendah pertama adalah kondom dan obat vaginal (7,93 %). (BKKBN, 2003)
Kegiatan pelayanan kasus efek samping pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur, pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8 %, berikutnya diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5 %. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0 %. (BKKBN, 2003)
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Enny Juniati Sutorejo Surabaya didapat jumlah KB pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 3054 akseptor dengan data sebagai berikut : kontrasepsi suntik (85,8%), kontrsepsi pil (13,8%), kontrasepsi IUD (0,2%), kontrasepsi Implant (0,06%), kontrasepsi suntik yang mengalami peningkatan berat badan (68,6 %), spotting (19,1%), amenorhoe (21,3%), kontrasepsi pil yang mengalami peningkatan berat badan (47,3%), spotting (31,2%), amenorhoe (21,3 %), kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan berat badan (42,8%), spotting (28,6%), amenorhoe (28,6%), dan kontrasepsi Implant yang mengalami peningkatan berat badan (50%), spotting (50%), amenorhoe (0%)
Melihat dari uraian diatas masalah yang ada adalah tingginya penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tingginya efek sampingnya dibanding penggunaan alat kontrasepsi yang lainnya. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Dan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan

1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan yang tercantum pada latar belakang, banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB suntik. Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB suntik meliputi :
1.2.1 Umur
Merupakan usia individu yang terhitung mulai saat melahirkan sampai saat berulang tahun (Elisabeth, B.H, 1995). Pada wanita yang berusia antara 20 – 30 tahun, kontrasepsi suntik merupakan pilihan kedua setelah IUD, pada usia ini merupakan fase untuk menjarangkan kehamilan dibutuhkan suatu alat kontrasepsi yang mempunyai daya kerja lama dan salah satunya kontrasepsi suntik. Karena seorang wanita yang telah mengakhiri pemakaian kontrasepsi suntik lebih dari 60 % sudah hamil dalam waktu 1 tahun dan 90% dalam waktu 2 tahun. (hartanto, H, 1996)
Seperti dikemukakan Hargono (1985) menyatakan ±40% wanita usia 20 – 24 tahun menggunakan alat kontrasepsi pil dan suntik dan dengan semakin meningkatnya usia semakin sedikit yang menggunakan kontrasepsi pil dan suntik

1.2.2 Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan rendah (Broewer, 1993). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980)
Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya.

1.2.3 Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu – ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga. (Markum, AH, 1991). Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar (Singarimbun, 1996).
Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan

Melihat dan identifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan status pemakaian kontrasepsi suntik sangatlah kompleks dan bervariasi, karena adanya keterbatasan waktu sehingga tidak mempelajari secara keseluruhan. Penelitian ini membatasi pada hubungan kontrasepsi dengan peningkatan berat badan sehingga data yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai keadaan yang sebenarnya.

1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah adalah :
Apakah ada hubungan antara kontrasepsi suntik 1 bulan atau 3 bulan dengan peningkatan berat badan akseptor KB di BPS Enny Juniati tahun 2006 ?


More aboutHUBUNGAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN AKSEPTOR

ANALISA KONSEP KOPING: SUATU PENGANTAR

Posted by Anonymous

FIKUI, Jakarta - Analisa konsep koping merupakan suatu upaya membahas fenomena-fenomena yang mendasari mekanisme pertahanan diri. Penelitian yang telah dilakukan banyak difokuskan pada perilaku, strategi, dan gaya koping dibandingkan penggunakan yang tepat istilah pola koping. Hasil penelitian menunjukan mekanisme koping mempunyai hasil positif dan negatif dan memberikan dampak yang sejalan terhadap penanganan stres yang menimbulkan koping tersebut. Pembahasan konsep koping sangat penting karena dapat membantu kemampuan klien dalam mengatasi masalah dengan menggunakan strategi koping yang paling efektif.

Kata kunci: depresi, mekanisme pertahanan diri, penyebab strees, respons adaptasi.

Concept coping analyzes is an effort to discuss the phenomena which contribute basicly for defence mechanism behavior. The research have focused to attitude, strategic and pattern of coping. The results show coping mechanism has positive or negative effect, and give an appropriate influence to the problem solving style. Key word: depression, defence mechanism, stressor, adaptive response
More aboutANALISA KONSEP KOPING: SUATU PENGANTAR

PENGETAHUAN DASAR SIKLUS MENSTRUASI NORMAL

Posted by Anonymous

Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi kompleks antara berbagai organ sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 1. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi.

Gambar 1. Jalur aksi hormon untuk fungsi menstruasi yang normal



HIPOTALAMUS









PITUITARI ANTERIOR

GnRH



FSH/LH



Fase Proliferatif Fase Sekretorik

PATOLOGI DUB

Patologi DUB bervariasi. Gambaran penting salah satu kelompok DUB adalah gangguan aksis hipotalamus – pituitari – ovarium sehingga menimbulkan siklus anovulatorik. Kurangnya progesteron meningkatkan stimulasi esterogen terhadap endometrium. Endometrium yang tebal berlebihan tanpa pengaruh progestogen, tidak stabil dan terjadi pelepasan irreguler. Secara umum, semakin lama anovulasi maka semakin besar resiko perdarahan yang berlebihan. Ini adalah bentuk DUB yang paling sering ditemukan pada gadis remaja.

Korpus luteum defektif yang terjadi setelah ovulasi dapat menimbulkan DUB ovulatori. Hal ini menyebabkan stabilisasi endometrium yang tidak adekuat, yang kemudian lepas secara irreguler. Pelepasan yang irreguler ini terjadi jika terdapat korpus luteum persisten dimana dukungan progestogenik tidak menurun setelah 14 hari sebagaimana normalnya, tetapi terus berlanjut diluar periode tersebut. Ini disebut DUB ovulatori.

ANOVULASI KRONIK

Anovulasi kronik adalah penyebab DUB yang paling sering. Keadaan anovulasi kronik akibat stimulasi esterogen terhadap endometrium terus menerus yang menimbulkna pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering terjadi pada gadis perimenarche. Stimulasi esterogen yang lama dapat menimbulkan pertumbuhan endometrium yang melebihi suplai darahnya dan terjadi perkembangan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium yang tidak sinkron. Setiap kegagalan produksi progesteron juga dapat mempengaruhi kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium. Kegagalan produksi progesteron disebabkan berbagai etiologi endokrin seperti penyakit thiroid, hiperprolaktinemia, dan tumor ovarium yang menghasilkan hormon, penyakit Cushing, dan yang paling penting adalah sindroma ovarium polikistik atau sindroma Stein – Leventhal.

OVULASI ABNORMAL

Ovulasi abnormal ( DUB ovulatori ) terjadi pada 15 – 20 % pasien DUB dan mereka memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya intermitten jika tidak reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih sering memiliki patologi organik yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien DUB sejati menurut definisi tersebut. Secara umum, DUB ovulatori sulit untuk diobati secara medis. Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus.

TATA LAKSANA

Ahli ginekologi harus mengikuti evaluasi bertahap untuk menyingkirkan semua penyebab perdarahan abnormal. Langkah pertama adalah untuk menentukan bahwa frekuensi dan / atau kehilangan darah berlebihan, kemudian diperlukan evaluasi selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perdarahan bersifat ovulatori atau anovulatori.

DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.

Perdarahan siklik ( reguler ) didahului oleh tanda premenstruasi ( mastalgia, kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.

Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi.

Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia, terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia.

Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan. Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.

INVESTIGASI

  1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.

  1. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( <>

  1. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik.

PENGOBATAN

Wanita membutuhkan pengobatan yang cepat, aman dan efektif untuk masalah menstruasinya.

Tabel 2. Strategi penatalaksanaan pada DUB

Usia (tahun)

Dilatasi dan Kuretase atau histeroskopi

Konservatif (hormon, anti prostaglandin, atau anti fibrinolitik)

Histerektomi

Di bawah 20

Jarang, hanya jika perdarahan berat atau tidak responsif

Selalu, jika perdarahan berulang atau berat

Tidak pernah

20-39 (masih ingin punya anak)

Selalu, tetapi dapat dihindari jika perdarahan teratur dan biopsi serta pemeriksaan normal

Upaya pertama setelah dilatasi dan kuretase atau histeroskopi

Jarang, hanya jika pengobatan konservatif gagal

40 dan lebih (tidak ingin punya anak)

Wajib pada seluruh kasus tanpa penundaan

Temporer dan jika menolak histerektomi, menopause iminen

Upaya pertama jika perdarahan berulang

UKURAN UMUM

  1. Kalender menstruasi selama 3 bulan.

  1. Terapi zat besi dan transfusi darah mungkin diperlukan

  1. Pengobatan penyakit sekunder jika ada.

UKURAN SPESIFIK

  1. Tata laksana bedah

Kuretase pada dasarnya adalah prosedur investigasi, MBL dikurangi hanya pada periode pertama, tetapi tidak pada periode setelahnya.

    1. Tehnik ablasi endometrium.

Ablasi atau destruksi endometrium dilakukan untuk pengobatan perdarahan kronik abnormal yang tidak berespon terhadap obat – obatan. Hasil teknik ini baik dan semakin banyak digunakan, tetapi sebagian besar teknik ini tidak tersedia di Nepal.

    1. Ablasi laser
    2. Reseksi endometrium
    3. Koagulasi dengan metode rollerball lainnya, metode gelombang mikro dan ultrasonografi, dll

    1. Histerektomi

Histerektomi memberikan penyembuhan komplit pada DUB berulang. Tapi ini merupakan pilihan terakhir pada wanita muda.

a. Jika hiperplasia atipik menetap ( pada dilatasi dan kuretase ), protokol progestin dosis sangat tinggi ( MPA , 30 mg, setiap hari selama 3 bulan ) dapat dicobakan tetapi histerektomi harus dipertimbangkan.

b. DUB berulang yang tidak responsif, biasanya pada usia diatas 40 dan tidak ingin menambah keturunan, ditatalaksana dengan histerektomi.

b. Pengobatan Medis

Terapi obat – obatan sangat efektif pada sebahagian wanita, meskipun responnya cenderung bervariasi.

Obat yang biasanya digunakan pada pengobatan DUB adalah :

  1. Progestogen, seperti noretisteron

  1. Pil OC kombinasi.

  1. Obat AINS seperti asam mefenamat.

  1. Esterogen

  1. Anti gonadotropin seperti danazol

  1. Anti fibrinolitik seperti asam traneksamat

  1. Analog GnRH

  1. Etamsilat

  1. Anti anemia

Tabel 3. Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional pada remaja.

Ringan (Hemodinamik stabil, perdarahan ringan hingga sedang, hemoglobin >12 g/dl)

  • Tenangkan pasien
  • Kalender menstruasi
  • Multivitamin dengan zat besi
  • Evaluasi ulang dalam 3 bulan
  • Terapi hormon bersifat pilihan

Sedang (Hemodinamik stabil, perdarahan sedang hingga berat, hemoglobin 10-12 g/dl)

  • Progestin atau kontrasepsi oral 1/35 mg
  • Satu pil setiap 6-12 jam selama 24-48 jam hingga perdarahan berhenti
  • Turunkan hingga satu pil per hari menjelang hari ke-5, kemudian
  • Mulai paket baru 28 hari
  • Lanjutkan selama 3-6 bulan
  • Suplementasi zat besi
  • Kalender menstruasi
  • Evaluasi ulang dalam 1-3 bulan.

Berat (Hemodinamik stabil, perdarahan berat, hemoglobin <10>

  • Sama dengan di atas jika dapat diandalkan dan mampu mentoleransi terapi hormonal
  • Jika tidak, rawat inap hingga perdarahan berhenti menurut rejimen di atas

Mengancam nyawa (Hemodinamik tidak stabil, perdarahan berat, hemoglobin <>

  • Rawat inap
  • Cairan intra vena dan/atau transfusi
  • Kontrasepsi oral 1/50 mg setiap 6 jam
  • Jika perdarahan tidak berkurang dalam 2 dosis, tambahkan estrogen konyugasi intravena 25 mg setiap 6 jam.

Tabel 4. Penatalaksanaan DUB berdasarkan histologi endometrium pada separoh akhir siklus.

Histologi Endometrium

Pengobatan

Endometrium tidak ada/sedikit

Darurat: Premarin 25 mg IV

Akut : Estrogen saja 21 hari kemudian OC

Kronik : OC dengan estrogen dominan

Endometrium proliferatif/hiperplastik

Akut : Progestogen dosis tinggi

Kronik : Progestogen (hari 15-25) atau (hari 5-20)

Normal (sekretorik)

Akut : Antifibrinolitik

Kronik : OC dosis rendah dan/atau OAINS

Ket : IV = intravena, OC =kontrasepsi oral, PG = prostaglandin

1. PROGESTOGEN

Obat ini telah tersedia selama 25 tahun. Pengobatan medis pertama kali adalah progesteron, mulanya dijelaskan oleh Albright tahun 1938. Pemberian agen progestasional secara bulanan digunakan untuk mengatur pelepasan endometrium dan melindungi dari timbulnya kanker endometrium. Kebanyakan wanita dengan siklus mensturasi normal terkadang mengalami siklus anovulatori yang menimbulkan DUB. Mereka dapat diobati dengan pemberian progesteron 1 kir tunggal , misalnya 10 mg medroksi progesteron asetat selama 5 hingga 10 hari.

Histologi endometrium pada separuh akhir siklus membantu pengobatan hormonal yang sesuai dan efektif. Karena kebanyakan pasien dengan DUB memiliki penyebab yang mendasari anovulasi kronik dimana esterogen mestimulasi endometrium, pengobatan medis dengan senyawa progestasional merupakan terapi utama. Stimulasi progestin yang adekuat akan menurunkan sintesis DNA dan proliferasi sel, menurunkan reseptor esterogen, dan meningkatkan konversi estradiol menjadi estron sulfat yang kurang poten. Efek ini akan menginduksi pematangan endometrium, penyembuhan luka superfisial, peningkatan matriks stroma, dan stabilitas struktural, dan berhentinya perdarahan.

Kegagalan mengalami perdarahan withdrawal dapat menunjukkan kehamilan, berkembangnya keadaan hipoestrogenik, atau yang jarang, induksi ovulasi akibat stimulasi progestin pada pasien yang estrogennya tinggi. Whitehead merekomendasikan pemberian progestin selama 12 hari setiap bulan untuk menandingi efek proliferatif estrogen. Selain itu dapat diberikan medroksi progesteron asetat 10 mg atau noretindron 5 mg perhari. Lebih mudah memulai setiap kir baru pada hari pertama setiap bulan ; perdarahan withdrawal reguler diharapkan dimulai pada 2 hari terakhir pemberian progesteron atau dalam beberapa hari dari dosis terakhir.

Tabel 5. Pengobatan progestasional pada DUB.

Pengobatan

Akut

Kronik

Rute intramuskuler

  • Progesteron dalam minyak
  • Depot medroksiprogesteron asetat

Sediaan Oral

  • Medroksiprogesteron asetat (MPA)
  • Noretindron (NED)
  • Kontrasepsi oral (OC)

100-200 mg

150 mg

20-40 mg/hari

1-5 mg/hari

1-4 tab/hari

150 mg setiap 3 bulan

10 mg/hari x 12 hari

1 mg/hari x 12 hari

1 tab/ hari

a. Rute Oral

Terapi progesteron diberikan secara siklik pada separoh akhir ( pengobatan fase luteal dari hari ke 15 sampai 25 ) atau selama siklus menstruasi ( pengobatan seluruh siklus dari hari ke 5 hingga hari ke 25 ).

b. Sediaan Depot Noretisteron dan Medroksiprogesteron Asetat

Jika digunakan cukup lama, obat ini menginduksi amenore, tetapi sayangnya selama bulan – bulan pertama, perdarahan cenderung tidak dapat diramalkan dan cenderung terjadi perdarahan berat. Ini merupakan alasan penghentian pengobatan dan efek samping sistemik merupakan suatu masalah.

c. IUD yang Melepaskan Levonorgestrel ( selama 5 tahun ) menginduksi atrofi endometrium.

Sebagaimana pada semua pil progestogen saja, perdarahan breakthrough merupakan suatu masalah. Pemberian agen progestasional secara lokal melaui IUD telah dibuktikan sangat efektif oleh Milsom dkk. Agen progestasional ini berpotensi sebagai terapi jangka panjang pada pasien dengan perdarahan kronik yang tidak responsif terhadap terapi lain.

2. FORMULA GABUNGAN ESTROGEN / PROGESTERON

Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan.

Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap. Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan.

Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan.

Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.

3. OBAT ANTIINFLAMASI NON STEROID ( ANTI PROSTAGLANDIN ), MISALNYA ASAM MEFENAMAT

Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.

4. ESTROGEN SAJA

Terapi estrogen jarang digunakan untuk pengobatan DUB. Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).

Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Progestin saja atau estrogen konyugasi oral dikombinasi dengan progestin setelah itu dapat digunakan untuk menginduksi perdarahan withdrawal yang teratur.

5. ANTIGONADOTROPIN, MISALNYA DANAZOL

Obat ini menimbulkan atrofi endometrium dan menurunkan sekresi gonadotropin pituitari. Harus diberikan secara kontinyu ( pemberian siklik tidak efektif ). Sekitar 200 mg setiap hari secara kontinyu selama 3 bulan diberikan pada pasien. Sebaiknya digunakan sebagai agen lini ke 3 jika jenis terapi lain merupakan kontraindikasi.

6. ANTI FIBRINOLITIK, MISALNYA ASAM TRANEKSAMAT

Obat ini diberikan saat menstruasi dan efektif pada kebanyakan jenis DUB. Sebaiknya digunakan sebagai agen lini kedua, baik secara tersendiri atau kombinasi.

7. AGONIS GnRH

Obat ini menimbulkan amenore. Derivat agonis GnRH kerja panjang menurunkan sintesis FSH dan LH oleh pituitari dan menginduksi ' kastrasi medik '. Penghentian stimulasi steroid endogen akan menimbulkan atrofi endometrium. Setidaknya diperlukan waktu 2 hingga 4 minggu untuk supresi produksi gonadotropin yang adekuat dan inhibisi steroidogenesis.

8. ETAMSILAT

Obat ini jarang digunakan.

9. ANTI ANEMIA

Zat besi diberikan pada pasien yang anemis.

KESIMPULAN

Perdarahan uterus disfungsional merupakan salah satu alasan tersering bagi wanita untuk mencari pengobatan medis. Pemeriksaan pasien secara rinci diperlukan untuk menegakkan diagnosis dengan menyingkirkan penyakit organik. Saat ini, diagnosis DUB tidak adekuat. Tersedia berbagai modalitas pengobatan untuk DUB. Pengobatan utama yakni terapi medis dapat menghasilkan pemulihan simptomatik tetapi keluaran jangka panjangnya tidak menggembirakan. Oleh karena itu, ahli ginekologi harus selalu memberitahu pasien mengenai seluruh aspek penatalaksanaan DUB.
More aboutPENGETAHUAN DASAR SIKLUS MENSTRUASI NORMAL