PENDAHULUAN
Peptic ulcer disease adalah lesi pada lambung atau duedenum yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor agresif (sekresi asam lambung, pepsin dan infeksi bakteri Helicobacter pylori) dengan faktor defensif/faktor pelindung mukosa (produksi prostaglandin, gastric mucus, bikarbonat dan aliran darah mukosa).
Ada tiga penyebab terjadinya peptic ulcer disease, yaitu Helicobacter pylori, induksi nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID) dan stress ulcer.
Infeksi dari Helicobacter pylori menyebabkan infeksi kronis gastritis pada semua individu yang akan memicu terjadinya peptic ulcer disease (PUD) dan kanker lambung (gastric cancer). Helicobacter pylori berbentuk spiral, sensitif terhadap pH, termasuk golongan bakteri Gram negatif dan merupakan bakteri mikroarofilik yang hidup berada diantara lapisan mukus dan permukaan sel epitelial di perut dan di beberapa lokasi di lambung. Bakteri ini menghasilkan sitotoksin yang mampu memecah pertahanan mukus dan kemudian menempel pada sel epitelial lambung atau pada usus halus. Bakteri ini akan menghasilkan adhesin yang mengikat membran yang terdiri dari lipid dan karbohidrat. Bakteri ini juga memproduksi urease yang akan mengkatalis peristiwa hidrolisis urea menjadi karbonmonoksida dan amonia yang bersifat toksik. Amonia dan produk lain yang dihasilkan oleh bakteri ini akan terakumulasi dan merusak integritas mukosa lambung dan menyebabkan terjadinya ulcer (tukak/luka) (Dipiro, J.T., et al., 2005).
NSAID termasuk aspirin dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung melalui dua mekanisme yaitu secara langsung atau mengiritasi topikal sel epitelium lambung dan secara sistemik dengan menghambat sistesis prostaglandin (Dipiro, J.T., et al., 2005).
Selain faktor-faktor penyebab diatas, peptic ulcer disease juga dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok lebih dari 10 batang sehari. Mekanisme merokok dapat menyebabkan peptic ulcer disease masih belum jelas. Mekanisme yang mungkin yaitu adanya penundaan pengosongan lambung, menghambat sekresi bikarbonat, dan mengurangi produksi prostaglandin pada lapisan mukosal yang akan mengakibatkan berkurangnya perlindungan terhadap mukosa lambung. Selain itu merokok dapat menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung, walaupun ini tidak terjadi pada setiap individu (Dipiro, J.T., et al., 2005).
SASARAN TERAPI
Sasaran terapi secara umum untuk peptic ulcer disease yaitu infeksi bakteri Helicobacter pylori, sekresi asam lambung berlebih dan pertahanan mukosa.
TUJUAN TERAPI
Tujuan dari terapi untuk peptic ulcer disease yaitu mengurangi sekresi berlebih asam lambung, menetralkan asam lambung, memperkuat sistem perlindungan mukosa, mengurangi atau menghilangkan nyeri epigastrik, mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi.
STRATEGI TERAPI
Terapi peptic ulcer disease dapat secara farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan diantaranya mengurangi atau menghilangkan stress psikologis, menghentikan kebiasaan merokok, tidak menggunakan obat-obat golongan nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID). Selain itu penderita peptic ulcer disease harus menghindari makanan-makanan yang dapat menyebabkan terjadinya ulcer (tukak) seperti makanan dan minuman yang mengandung kafein, pedas dan alkohol. (Dipiro, J.T., et al., 2005).
Terapi farmakologi untuk peptic ulcer disease yaitu dengan menggunakan antagonis reseptor histamin H2, pompa proton inhibitor, antasida, analog prostaglandin, sucralfate. Dalam makalah ini hanya akan dibahas terapi farmakologi menggunakan antagosis reseptor H2.
Antagonis reseptor Histamin H2
Terapi menggunakan antagonis reseptor histamin H2 merupakan terapi yang digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung berlebih. Mekanisme aksi obat golongan antagonis reseptor histamin H2 yaitu dengan cara mem-blok kerja dari histamin atau berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal sehingga mengurangi sekresi asam lambung (Katzung, B.G, 2002).
Ada 4 antagonis reseptor histamin H2 yang sering digunakan dalam pengobatan peptic ulcer disease yaitu cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Keempat obat tersebut dapat secara cepat di absorbsi di usus halus. Cimetidine, ranitidine dan famotidine akan mengalami first-pass hepatic metabolism yang akan mengakibatkan bioavailabilitasnya menjadi sekitar 50%. Sedangkan nizatidine hanya sedikit mengalami first-pass hepatic metabolism sehingga bioavalabilitasnya mendekati 100%. Waktu paruh (half life) dari keempat obat tersebut adalah 1 hingga 4 jam dan durasinya tergantung dari besarnya dosis yang diberikan. Obat golongan antagonis reseptor histamin H2 akan dibersihkan dari tubuh melalui kombinasi metabolisme di hati, flitrasi glomerolus dan sekresi tubulus renal. (Katzung, B.G, 2002).
Berikut akan diuraikan mengenai cimetidine dan ranitidine.
Cimetidine
Nama dagang di Indonesia: Cimetidine Hexpharm (diproduksi oleh Hexpharm), Cimetidine Prafa (Prafa), Corsamed (Corsa), Licomed (Berlico Mulia Farma), Tagamed (GlaxoSmithKline), Tidifar (Ifars), Ulcedine (United American), Ulcumed (Soho), Ulcusan (Pyridam), Ulsikur (Kalbe Farma), Xepamed (Metiska Farma).
Indikasi: Terapi jangka pendek untuk ulkus duodenum aktif, terapi pemeliharaan ulkus duodenum sesudah penyembuhan dari ulkus aktif, terapi jangka pendek ulkus gaster aktif yang jinak, terapi refluks gastroesofagus erosif, pencegahan pendarahan saluran cerna bagian atas.
Kontra indikasi: Hipersensitif dengan cimetidine
Bentuk sediaan, dosis, dan aturan pakai: tablet 200 mg dan tablet 400 mg.
Ulkus duodenum aktif 800 mg 1x sehari pada malam hari atau 300 mg 4x sehari pada waktu makan atau sebelum tidur atau 400 mg 2x sehari pada pagi hari dan sebelum tidur. Lama terapi 4-6 minggu.
Terapi pemeliharaan ulkus duodenum 400 mg 1x sehari pada malam hari sebelum tidur.
Ulkus gaster aktif jinak 800 mg 1x sehari pada malam hari sebelum tidur atau 300 mg 4x sehari pada saat makan dan sebelum tidur selama 6-8 minggu.
Refluks gastroesofagus erosif 800 mg 2x sehari atau 400 mg 4x sehari dalam dosis terbagi selama 12 minggu
Hipersekresi patologis 300 mg 4x sehari pada saat makan dan sebelum tidur.
Dosis maksimal 2,4 gram sehari.
Efek samping: diare ringan, sakit kepala, mengantuk, agitasi, dpresi, cemas, halusinasi, mual, muntah.
Resiko khusus: Wanita hamil dan menyusui. Cimetidine dapat melintasi plasenta dan dapat mencapai air susu, sehingga tidak boleh digunakan pada wanita hamil dan menyusui.
Ranitidine
Nama dagang di Indonesia: Aldin (diproduksi oleh Merck),.Anitid (Bernofarm), Chopintac (Nufarindo), Fordin (Promed), Gastridin (Interbat), Hexer (Kalbe Farma), Radin (Dexa Medica), Rancus (Mersifarma TM), Ranin (Pharos), Ranitidine Hexpharm (Hexpharm) , Ranticid (Kimia Farma), Rantin (Kalbe Farma), Ratinal (Gracia Farmindo), Ranatac (Fahrenheit), Tricker (Meprofarm), Ulceranin (Otto), Wiacid (Lansond), Xeradin (Metiska Farma), Zantac (GlaxoSmithKline), Zantadin(Soho), Zantifar (Ifars), Zumaran (Sandoz).
Indikasi: Ulkus duodenum, ulkus gaster non maligna, kondisi hipersekresi patologi.
Kontra indikasi: Hipersensitif dengan ranitidine
Bentuk sediaan, dosis, dan aturan pakai: tablet 150 mg, ampul 25 mg, ampul 50 mg.
Ulkus duodenum 150 mg 2x sehari atau 300 mg 1x sehari pada malam hari.
Pencegahan kekambuhan ulkus 150 mg sebelum tidur
Sindrom Zollinger Ellison 150 mg 3x sehari.
Efek samping: sakit kepala, pusing, ruam kulit, aritmia, vertigo.
PUSTAKA
Anonim 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 6, Info Master, Jakarta.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 629-643, The McGraw-Hill Companies, Inc.,USA.
Katzung, B.G., 2002, Basic & Clinical Pharmacology, 8th edition, Mc Graw-Hill Companies INC., New York.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th Ed., Lexicomp, Inc., USA.
Home » Sistem Gastrointestinal » ARTIKEL TERAPI ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 PADA PEPTIC ULCER DISEASE (PUD)
ARTIKEL TERAPI ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 PADA PEPTIC ULCER DISEASE (PUD)
Posted by Anonymous
Labels:
Sistem Gastrointestinal