MENCEGAH MIGRAIN

Posted by Anonymous

Cerita ini merupakan kejadian nyata yang saya alami saat berada di bangku SMA.

Siang itu, jam dinding di kelas kami belum lagi menunjuk angka 12, tetapi sepertinya kami sudah benar – benar merasa kepanasan. Maklumlah saat itu adalah hari-hari terpanas di bulan agustus, terlebih lagi karena kami harus mengerjakan soal-soal yang lumayan rumit. Jumlah soalnya sih sedikit tapi jawabannya itu loh yang panjang dan susah, yang membuat kami tambah berkeringat. Kebetulan guru kami sedang ada urusan di kantor kepala sekolah, jadi kami ditinggal deh.

“Waaah……kesempatan emas nich” pikir kami, tapi siapa yang mengira jika ternyata tidak satu pun dari kami yang tahu jawaban yang sebenarnya. Alhasil kami hanya bisa saling pandang sambil mengira-ira jawabannya. Sueeer…..soalnya susah banget, sepertinya kami belum pernah menerima teorinya (ya emang…soalnya itu adalah semacam pre-test untuk materi selanjutnya he..he..). Menit demi menit berlalu dan tak satu soal pun yang terpecahkan, yang ada hanyalah desahan dan keluhan-keluhan kesal yang keluar dari mulut kami.

Tidak sampai 30 menit berlalu, guru kami sudah kembali ke kelas sesaat kemudian beliau meminta kami untuk mengumpulkan lembar jawaban kuis di mejanya.

“Haaaaaah………”sontak kami berbarengan, tapi apa daya. Jadilah lembar jawaban yang masih kosong itu kami kumpulkan. Sambil duduk di kursinya, beliau meminta ijin permisi dari kami untuk menerangkan materi dari kursinya karena katanya migrain nya kambuh lagi. Guru bilang, Ia paling tidak tahan dengan AC, apalagi bila Ia baru berada di ruang yang panas dan tiba-tiba berpindah ke ruangan ber-AC, seperti yang baru saja Ia alami di ruangan kepala sekolah kami yang ber-AC. Beliau akan langsung merasa mual dan ingin muntah tetapi kata beliau itu tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan rasa nyeri yang akan menyerang pada satu sisi kepalanya. Baginya, meskipun Ia sudah terbiasa dengan kondisi migrain yang dideritanya tapi jika nyeri migrain itu datang menyerang, tak pelak lagi aktivitasnya akan sedikit terganggu. Kami sungguh tidak tahu seberapa sakit nyeri yang dialaminya, yang jelas Ia tetap berusaha untuk mengajar dengan penuh semangat.

(Salut untuk Guru kami tercinta)

Banyak orang yang memiliki riwayat migrain, merasa tidak tahan dengan nyeri yang menyerangnya. Meskipun sebagian dari mereka mengaku sudah terbiasa dengan kondisi migrainnya tetapi tetap saja serangan migrain yang terjadi itu ibarat “Petir di siang bolong”. Bahkan WHO menempatkan migrain sebagai penyakit medis yang paling melumpuhkan. Serangan migrain tidak akan menjadi “Petir di siang bolong” jika kita berhasil menemukan atau tahu pencetusnya sebab sebenarnya serangan migrain itu dapat dicegah dan dihindari.

Kata migrain sendiri berasal dari perkataan Yunani, Hemikrania, yang berarti “Separo Kepala”, seperti yang selama ini dikenal awam, migrain memang kerap muncul di satu sisi kepala saja (Unilateral).

“Migraine is a familial disorder characterized by recurrent attacks of headache widely variable in intensity, frequency and duration. Attacks are commonly unilateral and are usually associated with anorexia, nausea and vomiting”

- World Federation of Neurology (cit. Anonim, 2007).

Migrain bisa terjadi pada siapa saja baik pria maupun wanita, tua maupun muda. Berdasarkan data NEJM (2002) dan IHS (2004), 15 – 20 % wanita dan 10 – 15 % pria di dunia menderita migrain, dengan perbandingan wanita : pria adalah 2 : 1, sedangkan pada anak – anak, migrain memiliki ratio perbandingan yang sama antara anak laki-laki dengan anak perempuan, namun saat memasuki usia pubertas, resiko terjadinya migrain lebih mengarah pada anak perempuan (Anonim, 2007).

Kebanyakan masyarakat hanya mengenal migrain sebagai “rasa nyeri yang menyerang separo kepala dan timbul secara mendadak” saja, padahal menurut Headache Classification Committee dari International Headache Society, migrain dapat dibagi menjadi 3 tipe: (1) migrain biasa yang tidak diawali dengan adanya aura; (2) migrain klasik yang timbulnya didahului dengan aura, dan yang terakhir adalah migrain yang tidak termasuk ke dalam 2 tipe migrain sebelumnya, seperti sakit kepala yang disebabkan oleh karena adanya gangguan pada mata (Anonim, 2007). Serangan migrain juga tidak timbul secara mendadak, selalu ada faktor pencetusnya. Menurut The National Headache Foundation (NHF), faktor pencetus timbulnya migrain bisa berupa; faktor yang berhubungan dengan perubahan siklus harian, seperti telat makan, terlalu banyak tidur, begadang, dan siklus menstruasi. Faktor lainnya adalah faktor yang berhubungan dengan lingkungan dan diet, seperti cuaca, rokok, alkoholik, atau penggunaan obat-obat tertentu yang menyebabkan munculnya serangan migrain seperti kokain. Dan yang terakhir adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi psikologi atau keadaan mental seseorang (Anonim, 2007).

Faktor pemicu inilah yang harus segera dikenali oleh masing-masing individu agar serangan migrain dapat dicegah atau diantisipasi. Selain faktor pencetus, pada migrain klasik biasanya serangan migrain diawali dengan prodrome, yaitu gejala-gejala yang samar pada pagi hari waktu bangun tidur atau pada setiap saat di siang hari (Asdie dan Dahlan, 2001) berupa depresi, lesu atau perasaan menginginkan makanan tertentu (seperti orang menyidam) dan bahkan ada pula yang justru membenci makanan tertentu. Prodrome ini akan berlangsung selama 15-20 menit yang berlanjut menjadi sebuah aura, yaitu signal sebelum terjadinya serangan sakit kepala, biasanya berupa kesulitan konsentrasi, terjadi gangguan penglihatan seperti berkunang-kunang atau garis-garis silang. Aura akan terjadi selama 15-30 menit (Anonim, 2007).

Satu hal yang terpenting adalah bahwa pada masing-masing individu gejala yang timbul mungkin hanya satu atau lebih dan bisa timbul dalam berbagai macam kombinasi pada setiap serangan migrain (Asdie dan Dahlan, 2001).

Sebagian besar dari mereka yang mengalami serangan migrain biasanya tidak bisa berbuat banyak ketika rasa nyeri itu kembali datang selain mencoba untuk tidur atau sekedar minum obat anti sakit kepala atau antimigrain saja. Serangan migrain membutuhkan penanganan yang tidak hanya mampu meredakan nyeri sesaat saja tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengurangi frekuensi dan durasi serangannya. Sehingga seseorang yang menderita migrain tidak pelu berkali-kali merasakan serangan migrain yang maha hebat, yang sudah tentu akan sangat mengganggu aktivitas dan mengurangi kualitas hidupnya.

Mencegah migrain, mungkinkah? Hal tersebut sangat mungkin terjadi selain dengan mengenali faktor pencetusnya, juga dengan menggunakan suatu obat-obatan yang mampu mengurangi frekuensi serangan migrain. Terapi demikian dikenal juga sebagai terapi preventif. Terapi ini terutamanya ditujukan bagi mereka yang menderita :

Serangan migrain lebih dari 2 kali dalam satu minggu

Durasi serangannya lebih dari 48 jam

Nyeri yang dirasakan sangat ekstrim

Serangannya disertai dengan aura yang berkepanjangan

Atau bagi mereka yang di kontraindikasikan terhadap obat-obat yang digunakan untuk serangan migrain akut.

- US Headache Consortium Guidelines (cit. Anonim, 2007).

Mengapa terapi preventif semacam ini diperlukan ? Karena pencegahan migrain untuk jangka panjang mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi frekuensi, keparahan, dan durasi serangan migrain dan faktanya, 80% penderita migrain memang membutuhkan terapi preventif ini bagi migrainnya (Anonim, 2007). Selain itu, terapi ini juga mampu meningkatkan fungsi dan mengurangi ketidakmampuan penderita (Lewis, et all, 2004).

Propranolol, apaan tuh? Ya, propranolol adalah salah satu obat yang digunakan dalam terapi preventif migrain ini. Obat yang termasuk dalam golongan beta blocker ini dilaporkan dapat mencegah timbulnya serangan migrain karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial (Dipiro, et all, 2000; Asdie dan Dahlan, 2001). Obat yang telah mendapatkan persetujuan FDA (semacam Balai POM di Amerika) sebagai “Gold Standard” bagi preventif migrain ini (Anonim, 2000; Dipiro, et all, 2000), juga sangat disarankan bagi mereka yang mempunyai penyakit hipertensi dan ansietas disamping penyakit migrainnya. Karena, selain sebagai vasokonstriktor, propranolol juga memiliki aksi ansiolitik dan mampu menurunkan aktivitas simpatetik (Anonim, 2007).

Mengapa Propranolol ? Beberapa obat seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol meskipun masih satu keluarga dengan propranolol, yaitu beta-blocker, namun obat-obat tersebut tidak memiliki efek terapeutik untuk migrain, sehingga tidak bisa digunakan untuk terapi preventif migrain (Asdie dan Dahlan, 2001). Sedangkan obat lainnya seperti Flunarizine dari golongan calcium channel blockers, bisa juga digunakan sebagai preventif migrain namun propranolol lah yang paling sering digunakan (Anonim, 2000).

Pada propranolol, sediaan dalam bentuk tablet sustained-release/tablet lepas-lambat, sangat disarankan oleh FDA (Dipiro, et all, 2000). Karena, dengan sediaan tablet seperti ini, propranolol memiliki konsentrasi yang stabil dalam waktu 24 jam, sehingga tidak perlu repot untuk sering-sering minum obat ini setiap beberapa jam sekali, dan hal ini tentu akan meningkatkan kepatuhan seseorang dalam terapinya (Anonim, 2007). Dengan dosis awal atau dosis pada waktu pertama kali pemakaian yaitu sebesar 40 mg untuk satu kali pemakaian, dan maksimum dosis yang boleh dikonsumsi saat pertama kali adalah sebesar 240 mg untuk satu harinya. Sedangkan untuk dosis hari berikutnya adalah dimulai dari 40 mg, dan maksimum 320 mg dalam satu hari dengan 2-3 kali minum (Anonim, 2000; Dipiro, 2000). Namun demikian, meskipun obat ini digunakan untuk pencegahan jangka panjang , tetapi sebenarnya terapi jangka panjang bukanlah sesuatu yang diharapkan maka terapi ini harus diulang setiap 6 bulan sekali (Anonim, 2000).

Sayangnya, obat ini tidak bisa digunakan bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit asma dan penyakit paru sebab obat ini di kontraindikasikan terhadap kondisi tersebut. Berhati-hati pula bagi wanita hamil dan menyusui atau mereka yang memiliki penyakit hati dan gangguan ginjal bila menggunakan obat ini, karena ada peringatan tertentu bagi kondisi – kondisi khusus di atas. Hal lain yang perlu dicermati adalah efek samping dari obat ini, karena kita tentu tidak ingin mendapatkan penyakit baru setelah meminum obat ini sebagai akibat dari efek sampingnya. Efek samping yang bisa ditimbulkan dari propranolol ini adalah gagal jantung, bronkospasme, gangguan tidur, gangguan saluran cerna, fatigue, atau bradikardi , yaitu suatu kondisi dimana denyut jantung kita berada di bawah 60 denyutan/menit (Anonim, 2000).

Obat ini bisa didapatkan di apotek-apotek terdekat dengan nama dagang Propranolol (generik), Farmadral (Pratapa Nirmala), Propadex (Dexa Medica), ada juga Liblok (Holi) atau Inderal (Astra Zeneca). Masyarakat bisa memilih obat-obat tersebut yang sesuai dengan kondisi finansialnya, mau yang generik atau yang bermerk, terserah saja sebab meskipun dengan efek yang sama, harga dari masing-masing obat tersebut bisa sangat berbeda.

Disarankan setiap penderita migrain untuk tidak segan-segan berkonsultasi dengan dokter atau provider kesehatan lainnya, seperti apoteker. Hal ini akan sangat membantu penderita migrain dalam menentukan jenis obat seperti apa yang tepat untuk migrainnya. Sebab diagnosis yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 2007, What You Can Do For Your Migraine Headache, diambil dari

http:// www.Headaches.org/consumer/presentations/migraine.ppt

http:// www.Headaches.org/consumer/educationindex.html#typehead, tanggal 22 Desember 2007 Anonim, 2007, Management of Migraine, diakses pada tanggal 23 Desember 2007 dari http://

www.cipladoc.com/slides/migraine/management_of_migraine_files/frame.htm

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 64-64; 196-197, Depkes RI, Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Asdie dan Dahlan, 2001, Buku Ajar; Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi Ketiga, 755-759, Balai FKUI, Jakarta.

Dipiro, et all, 2000, Pharmacotherapy Handbook, second edition, 594-603, McGraw Hill, USA.

Lewis, et all, 2004, Practice Parameter : Pharmacological Treatment Of Migraine Headache In Children And Adolescents : Report Of The American Academy Of Neurology Quality Standard Subcommittee And The Practice Committee Of The Child Neurology Society, Neurology, 2215-223, American Academy of Neurology Enterprises, Inc, USA.