ARTIKEL PENGGUNAAN ORALIT DAN LOPERAMID PADA DIARE

Posted by Anonymous

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di indonesia. Diare pada umumnya terjadi akibat dari sanitasi lingkungan yang buruk. Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja. Menurut lama waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari, sedangkan diare kronis berlangsung lebih dari tiga minggu. Apabila seseorang terkena diare, maka ada beberapa gejala yang tampak, seperti sering buang air besar, sakit pada bagian abdominal, sering merasa haus dan kehilangan berat badan. Apabila diare disebabkan karena adanya infeksi bakteri atau virus maka demam dapat menjadi salah satu gejala yang timbul.
Sebagian besar diare akut akan sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus, namun apabila diare tidak segera sembuh dalam beberapa hari dan semakin bertambah parah maka diare ini harus diobati. Sasaran dari pengobatan diare yaitu faktor penyebab diare, dehidrasi dan kerja usus. Pengobatan bertujuan untuk mengeliminasi faktor penyebab diare (apabila diare disebabkan karena infeksi), mencegah dehidrasi dan menormalkan kerja usus.



Apakah diare berbahaya….?

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam terlarut yang disebut dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena usus tidak bekerja sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Pada anak-anak dan orang tua, sangat besar kemungkinan mengalami dehidrasi. Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangan utama penyakit diare adalah mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi.

Bagaimana mencegah dan mengatasi dehidrasi…?

Terapi non farmakologi dengan menggunakan larutan yang mengandung elektrolit-glukosa sangat efektif dalam mengatasi dehidrasi pada diare, terutama diare akut. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generik oralit dan larutan ini sekarang dijual dengan berbagai merek dagang seperti Alphatrolit®, Aqualyte®, Bioralit® dan Corsalit®. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk untuk dilarutkan dan dalam bentuk larutan diminum perlahan-lahan. Serbuk dilarutkan dalam 200 ml atau 1 (satu) gelas air matang hangat.Takaran pemakaian oralit pada diare dapat dilihat pada tabel 1.





Tabel 1. takaran pemberian oralit



umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun dewasa

tidak ada dehidrasi setiap BAB beri oralit

mencegah dehidrasi

100 ml 200 ml 300 ml 400 ml

(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)

dengan dehidrasi 3 jam pertama beri oralit

mengatasi dehidrasi:

300 ml 600 ml 1,2 liter 2,4 liter

(1,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)

selanjutnya setiap BAB beri oralit

100 ml 200 ml 300 ml 400 ml

(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)



Antimotilitas

Obat antimotilitas bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Obat antimotilitas digunakan apabila diare berlangsung terus menerus selama 48 jam. Pada pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat darah, maka sangat mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Perlu diingat!! bahwa diare sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri) dari dalam tubuh. Pada kasus ini, antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya akan memperlama keberadaan bakteri di dalam tubuh.





Apakah itu loperamid…?

Loperamid hidroklorida merupakan nama generik dari salah satu obat antimotilitas yang sering digunakan untuk terapi diare. Terapi dengan menggunakan obat, disebut juga sebagai terapi farmakologi. Terapi farmakologi ini tidak serta merta menyembuhkan diare namun hanya akan meredakan diare.

Masih banyak kontroversi tentang penggunaan obat loperamid, karena dianggap kurang efektif dalam mengatasi diare dan ada efek samping yang ditimbulkan, terutama penggunaan antimotilitas loperamid pada anak-anak < 2 tahun. Saat ini loperamid banyak dijual dengan berbagai merek dagang, diantaranya Imodium®, Bidium ®, Diadium®, dan Midix®. Loperamid digunakan sebagai tambahan terapi selain rehidrasi pada diare akut dan traveler diarrhea (diare yang terjadi pada saat perjalanan jauh akibat makanan atau minuman yang tidak higienis), obat ini bekerja dengan menghambat gerakan peristaltik usus. Di Indonesia, loperamid dijual dalam dua (2) bentuk sediaan yaitu tablet 2 mg dan kapsul 2 mg.

Dosis. Pengaturan dosis loperamid sebagai berikut :

Untuk anak-anak : diare akut à dosis awal : (2-5 tahun) 1 mg, 3 kali/hari. (6-8 tahun) 2 mg 2 kali/hari; (8-12 tahun) 2 mg 3 kali/hari. Selanjutnya setelah BAB diberikan 0,1 mg/kgBB, tapi tidak boleh mencapai dosis awal. traveler diarrhea à (2-5 tahun) tidak direkomendasikan; dosis awal (6-8 tahun) 2 mg setelah BAB, diikuti 1 mg tiap setelah BAB maksimal 4mg/hari; dosis awal (9-11 tahun) 2 mg setelah BAB, diikuti 1 mg tiap setelah BAB maksimal 6mg/hari; umur ≥ 12 tahun mengikuti dosis dewasa.

Untuk orang dewasa : diare akut à dosis awal 4 mg diikuti 2mg setelah tiap BAB, maksimal 16 mg/hari. Diare kronis à dosis awal sama dengan diare akut, selanjutnya maksimal 4-8 mg/hari. Traveler diarrhea à dosis awal 4 mg setelah BAB, diikuti 2 mg setelah tiap BAB, maksimal 8 mg/hari.

Efek samping. Apabila menggunakan loperamid, maka efek samping yang dapat terjadi antara lain kram pada daerah perut, konstipasi, pusing, merasa lelah, mengantuk dan mulut terasa kering. Loperamid dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif pada loperamid, anak diusia 2 tahun, diare dengan tinja berdarah, diare dengan suhu tubuh diatas 38oC, diare yang disebabkan oleh bakteri.

Peringatan. Wanita yang sedang menyusui dilarang menggunakan loperamid. Hati-hati penggunaan loperamid pada pasien dengan disfungsi hati.





Daftar pustaka

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 28, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Diemert, David., J., 2006, Prevention and Self-Treatment of Traveler’s Diarrhea, http://cmr.asm.org/cgi/reprint/19/3/583, diakses tanggal 16 desember 2007

Larson, C., P., Saha., U., R., Islam., R., and Roy., I., 2006, Childhood diarrhoea management practices in Bangladesh: private sector dominance and continued inequities in care,http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez, diakses tanggal 16 Desember 2007



Lacy, Charles. F., dkk, 2006, Drug Informatorium Handbook, 14th ed, 949-951, Lexi-Comp. inc, United States.

Mycek, Mary., J., and Harvey, A., R., 2000, Pharmacology, 2nd ed, 243-244, lippincott Williams & Wilkins, New jersey

Spruill, William, J., and Wade, William, E., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 677-681, Mcgraw-Hill Medical Publishing Division, New York.