Batu ginjal adalah batu yang terdapat dalam saluran urinaria, khusunya di dalam ginjal. Berdasarkan penyebabnya, batu ginjal dibedakan menjadi empat jenis yaitu batu kalsium oksalat, batu asam urat, batu sistin dan batu strufit. Batu ginjal yang sering terjadi adalah batu kalsium oksalat, dimana batu yang ada terbentuk karena urin menjadi jenuh oleh kalsium oksalat. Terjadinya infeksi atau buang air kecil kurang teratur juga dapat mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Terkadang munculnya batu ginjal terjadi di saat kadar kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika kelenjar paratiroid kelebihan memproduksi air seni. Batu tersebut dapat tinggal di ginjal atau hancur dan kemudian keluar melalui saluran urinaria. Batu yang berukuran kecil (kurang dari 4 mm) dapat dengan mudah keluar dari saluran urinaria tanpa terasa sakit. Sedangkan batu yang berukuran besar akan tertahan di ginjal maupun kandung kemih, dan akan menimbulkan rasa sakit. Sekitar 90% batu ginjal dapat keluar melalui saluran urinaria secara spontan dalam waktu tiga sampai enam minggu, dengan bantuan banyak air putih (10 – 12 gelas tiap hari).
Batu ginjal lebih banyak terjadi pada pria. Sekitar 80% pria berusia 20 – 50 tahun diketahui menderita batu ginjal. Pada wanita, batu ginjal umumnya terjadi pada fase-fase akhir kehamilan. Sedangkan pada anak, batu ginjal umumnya disebabkan oleh faktor genetik (keturunan). Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat batu ginjal mempunyai resiko paling besar untuk terkena batu ginjal. Makanan tertentu juga dapat meningkatkan resiko batu ginjal. Hal lain yang menjadi faktor resiko terjadinya batu ginjal adalah stress, overweight, dan posisi tidur yang selalu tetap. Beberapa penyakit juga menjadi faktor resiko batu ginjal, antara lain gout (reumatik), hipertensi (tekanan darah tinggi), infeksi saluran kencing, dan inflammatory bowel diseases. Selain penyakit, obat-obatan seperti obat-obat AIDS (Indinavir, Zidovudine, Lamivudine, antibiotik kotrimoksazol), obat-obat hormonal, dan antasid (penggunaan jangka panjang), juga dapat menjadi faktor resiko batu ginjal.
Penderita batu ginjal umumnya merasakan nyeri pada bagian pinggang, saluran kencing, perut bagian bawah (daerah sekitar bawah pusar), sakit saat berkemih (anyang-anyangèn – bahasa jawa) dan kehilangan nafsu makan. Pemeriksaan batu ginjal dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain ultrasound, CT-scans, X-ray dan urin tampung 24 jam untuk memastikan jenis batu penyebab dan bagaiman strategi terapinya.
Terapi batu ginjal dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, penggunaan obat-obatan seperti diuretik, kalium sitrat maupun fosfat serta pembedahan. Batu ginjal tidak dapat larut hanya dengan mengatur asupan makanan dan minum obat tertentu. Obat-obatan yang digunakan hanya akan mencegah agar batu tersebut tidak bertambah besar dan membantu pengeluaran batu ginjal secara spontan. Untuk itu dapat dipilih obat-obatan yang dapat menurunkan kadar kalsium dalam urin dan meningkatkan ferkuensi buang air kecil (diuresis). Salah satu obat yang sering digunakan dalam pengobatan batu ginjal adalah diuretik. Diuretik umumnya digunakan pada pengobatan hipertensi dan gangguan lain yang berhubungan dengan pengeluaran cairan dan natrium dari tubuh. Diuretik lemah (golongan tiazid) akan meningkatkan reabsorbsi kalsium di nefron, mencegah pembentukan batu ginjal dengan mengurangi jumlah kalsium di urin. Diuretik juga meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air dengan menghambat reabsorbsinya. Hal ini menyebabkan meningkatnya frekuensi pengeluaran urin (beser – bahasa jawa). Tiazid digunakan jika terapi non farmakologis, yaitu mengubah pola makan, yang dilakukan tidak dapat membantu. Penggunaan tiazid akan menurunkan ukuran atau memperkecil ukuran batu ginjal hingga kurang dari setengahnya. Efek samping dari obat-obatan golongan ini adalah hipositraturia (penurunan kadar sitrat dalam darah), memperbesar frekuensi buang air kecil, disfungsi seksual (terutama pada pria), meningkatkan kadar trigliserid dalam darah, serta memperburuk gout dan diabetes. Yang termasuk obat-obat golongan ini antara lain hydrochlorothiazide (HCT), chlorothiazide, chlorthalidone, methychlotiazide, dan polythiazide. Diuretic tiazid yang umum digunakan sebagai pengobatan batu ginjal adalah klortalidon. Di pasaran, klortalidon tersedia dalam bentuk sediaan tablet dengan berbagai merk yaitu Hygroton (Novartis), Tenoret 50* dan Teroretic (Astra Zeneca). Dosis awal klortiadon untuk dewasa yang digunakan adalah 50 – 100 mg/hari dengan dosis maksimal 200 mg/hari. Dosis untuk anak (tidak direkomendasikan) yaitu 2 mg/kgBB/kali, tiga kali seminggu atau 2 mg/kgBB/hari, sedangkan dosis awal untuk lanjut usia (geriatri) adalah 12,5 – 25 mg/hari. Penggunaan diuretik golongan tiazid tidak dianjurkan pada anak-anak dan lanjut usia serta beresiko tinggi pada wanita hamil dan menyusui. Penggunaan tiazid pada geriatri diketahui dapat menyebabkan pusing dan hipositraturia yang parah. Pada wanita hamil, penggunaan tiazid dapat menyebabkan jaundice, pendarahan dan rendahnya kadar kalium pada bayi yang akan dilahirkan. Tiazid dapat melewati sawar susu, sehingga akan mempengaruhi kualitas ASI yang diminum bayi. Oleh karena itu penggunaan tiazid pada bulan-bulan pertama menyusui harus dihindari.
Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya batu ginjal. Antara lain minum banyak air putih, kurang lebih 12 gelas dalam satu hari. Selain air putih, jahe, lemon, jeruk nipis dan jus buah juga dapat dikonsumsi sebagai upaya pencegahan. Namun demikian, air putih tetaplah yang terbaik. Mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, nasi, kedelai serta minyak ikan dapat mencegah resiko terkena batu ginjal. Batasi konsumsi kopi, teh dan cola (1 sampai 2 gelas per hari) karena kafein akan menyebabkan tubuh kehilangan cairan dengan cepat. Batasi juga konsumsi garam karena akan menurunkan efek tiazid. Jika batu ginjal yang ada terbentuk dari kalsium oksalat, perlu dibatai konsumsi makanan dengan kandungan oksalat tinggi seperti lobak, bayam dan coklat.
PUSTAKA
Anonim, 2003, Kidney Stones, http://www.healthandage.com/html/well_connected/pdf/doc81.pdf. Diakses pada tanggal 14 Desember 2007.
Anonim, 2005, Kidney Stone, http://www.fccj.org/campuses/north/lac/endocrine_system/kidney.html. Diakses pada tanggal 21 Desember 2007.
Anonim, 2007, Adam Healthcare: Kidney Stone-Risk Factor, www.about.com. Diakses pada tanggal 14 Desember 2007.Anonim, 2007, Fact Sheet: Kidney Stone, www.betterhealth.vic.gov.au. Diakses pada tanggal 21 Desember 2007.
Anonim, 2007, Adam Healthcare: Kidney Stone-Medication, www.about.com. Diakses pada tanggal 14 Desember 2007.
Anonim, 2007, What I Need To Know About Kidney Stone, www.kidney.niddk.nih.gov. Diakses pada tanggal 14 Desember 2007.
Anonim, 2007, Thiazides For Kidney Stone, http://www.webmd.com/kidney-stones/thiazides-for-kidney-stones#hw204647. Diakses pada tanggal 21 Desember 2007.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th edition, 333, Lexi-Comp Inc., United States.
Sunaryo, 1995, Diuretik dan Antidiuretik, dalam Ganiswara, S.G., Farmakologi dan Terapi, edisi 4, 385-386, Gaya Baru, Jakarta.
Home » sistem renal » ARTIKEL PENGGUNAAN DIURETIK (TIAZID) PADA PENGOBATAN BATU GINJAL
ARTIKEL PENGGUNAAN DIURETIK (TIAZID) PADA PENGOBATAN BATU GINJAL
Posted by Anonymous
Labels:
sistem renal