FISIOLOGI DAN PATOLOGIS MAKHLUK HIDUP

Posted by Anonymous

1. Fisiologi Mahluk Hidup

a. Berat badan

· 1 ml CCl4 diberikan secara oral dengan dosis berulang, pada orang kurus ketoksikan tidak berefek terlalu besar, sedangkan pada orang gemuk pemberian terakhir memberikan ketoksikan yang fatal/nefrotoksik.

-> Hal ini dikarenakan pada orang gemuk mempunyai kadar lipid yang besar sehingga dengan pemberian dosis berulang CCl4 yang bersifat lipofil akan berikatan dengan timbunan lipid yang menyebabkan pada pemberian semakin lama kadar obat akan tertimbun dan adanya akumulasi (kesetimbangan balik) maka akan terurai kembali, dan menyebabkan kadar ketoksikan besar, yang menyebabkan kemungkinan nefrotoksik.

b. Umur

· Kloramfenikol dosis sebesar 50 mg/kgBB diberikan pada bayi usia 1 atau 2 hari (neonatus), kadarnya di darah adalah 15μg/ml atau lebih selama selang waktu 48jam. Sebaliknya anak-anak berumur 1-11 tahun hanya mempertahankan kadar darah setinggi itu selama 12 jam.

-> Hal ini menunjukan pada neonatus ketoksikan kloramfenikol lebih besar dibanding pada anak usia 1-11 tahun, ini dikarenakan belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh, yakni fungsi biotransformasi hati, fungsi ekskresi ginjal dan kapasitas ikatan protein plasma, serta sawar darah-otak yang belum sempurna, sehingga bioavaibilitas obat lama dan menyebabkan terjadinya rawan ketoksikan. Selain itu, terdapatnya peningkatan sensitifitas reseptor terhadap beberapa obat yang menyebabkan terjadinya respon yang berlebih/efek toksik kloramfenikol pada neonatus tersebut.

c. Suhu tubuh

· Toksisitas digitalis dan striknin berkurang sementara toksisitas amfetamin bertambah.

-> Hal ini mennjukkan pengaruh perubahan tekanan barometric pada zat kimia tampaknya terutama oleh beubahnya tekanan oksigen, bukan karena efek tekanan secara langsung. Efek suhu terhadap besar dan lamanya respon tampaknya berhubungan dengan reaksi biokimia yang bergantun suhu, yang berperan dalam menimbulkan efek dan bio transformasi bahan kimia itu.

d. Kecepatan pengosongan lambung

Pada saat kita makan maka akan terjadi absorbsi obat yang sedikit, sedangakan jika lambung dalam keadaan kosong maka obat akan terabsorbsi secara menyeluruh ini dikarenakan fungsi makanan adalah untuk membantu supaya mengabsorsi obat sedikit demi sedikit sehingga sesuai dengan dosisnya

e. Kecepatan aliran darah

f. Status gizi

· Heksobarbital dan aminopirin mengalami detoksifikasi oleh enzim MFO yang menyebabkan ketoksikan lebih besar pada tikus dan mencit yang kekurangan nutrisi.

-> Hal ini dikarenakan adanya defisiensi asam-asam lemak esensial yang terkandung dalam nutrisi makanan, sehingga menekan aktifitas enzim MFO yang merupakan sistem oksidase fungsi campur mikrosom yang mengkatalis biotransformasi utama toksikan.

g. Kehamilan

· Tikus hamil lebih rentan terhadap aktifitas karsinogenik etilnitrosuria yang merupakan tumor ganas yang tampak berasal dari trofoblas yang dapat menyebabkan kematian secara cepat.

h. Jenis kelamin

· Heksobarbital menginduksi tidur lebih lama pada tikus betina daripada tikus jantan.

-> Hal ini menunjukan lama kerja heksobarbital yang lebih pendek pada tikus jantan daripada tikus betina, yang dikarenakan pada tikus jantan mempunyai lebih tingginya aktifitas enzim-enzim mikrosomal hati yang mengkatalis hidroksilasi zat kimia yang terkandung dalam heksobarbital, sehingga terjadinya ketoksikan lebih besar pada tikus betina daripada jantan.

i. Iramasir kardial

Ø Gas CO dan metana dapat menganggu ketersediaan oksigen sehingga proses metabolisme dan kerja jantung terganggu. Digoksin dapat meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium yang dapat memacu tacikardi (cepatnya irama detak jantung). Dan jika berlebihan maka akan berakibat fibrilasi atrium atau ventrikel, yaitu kontaksi yang berlebihan tanpa diikuti pemompaan darah.

j. Diurnal

§ Logam Cd ++ menganggu proses reabsorbsi protein dari tubulus sehingga dapat menyebabkan proteinuria

§ Asam oksalat yang berasal dari metabolit etilen glikol dapat berubah menjadi Ca-Oksalat yang terlarut dalam tubulus sehingga menyebabkan nevrotoksik.



2. Patologis Mahluk Hidup

a. Penyakit saluran cerna

· Pemberian obat digoksin pada orang yang mempunyai penyakit diare/gastroenteritis, menyebabkan efek/respon obat digoksin tersebut menurun.

à Hal ini disebabkan adanya penurunan waktu transit obat dalam saluran cerna, sehingga waktu obat untuk melarut dan jumlah obat yang di absorbsi juga turun yang akan berpengaruh pada proses berikutnya. Oleh karena itu, efek obatpun menurun.

b. kardiovaskuler

· Pemberian obat lidokain pada orang yang mempunyai penyakit gagal ginjal, akan mengakibatkan intoksikasi/toksisitas.

à Hal ini dikarenakan, penyakit gagal jantung mengurangi volume distribusi obat dan alir darah ke hepar dan ginjal untuk eliminasi obat, sehingga kadar obat di dalam darah tinggi, yang akan menimbulkan efek yang berlebihan/efek toksik.

c. ginjal

· Pemberian obat digoksin pada orang yang mengalami gagal ginjal menyebabkan toksisitas yang tinggi.

à Hal ini dikarenakan dengan adanya penyakit ginjal akan mengurangi ekskresi obat aktif dan metabolitnya yang aktif sehingga akan meningkatkan kadarnya di dalam darah dan jaringan, sehingga efek yang ditimbulkan akan berlebih dan menimbulkan ketoksikan.

d. hati.

· Pemberian kloramfenikol dan niridazol pada penderita serosi akan menyebakan depresi sumsum tulang dan toksisitas SSP tinggi.

à Hal tersebut dikarenakan dengan adanya penyakit serosis menyebabkan berkurangnya metabolisme obat oleh hati dan sintesis protein oleh plasma sehingga akan meningkatkan kadar obat, terutama kadar bebasnya dalam darah dan jaringan. Akibatnya terjadi respon yang berlebih/efek toksik dari pemberian kloramfenikol. Selain itu, penyakit serosis ini dapat meningkatkan sesitivitas reseptor di otak terhadap obat niridazol, yang merupakan obat pendepresi SSP. Sehingga adanya kadar obat dalam darah yang terlalu tinggi menyebabkan efek toksisitas.