Stress karena kegagalan KB suntik

Posted by Anonymous

Usia anakku, Valma Putri Sabella (Puput) belum genap dua tahun. Tapi sekarang aku sudah hamil lagi. Terus terang, kehamilan ini akibat faktor kegagalan KB. Aku, suamiku, juga dokter yang menangani sangat kaget karena tak habis mengerti, bagaimana mungkin hal ini terjadi. Padahal KB yang kujalani jadwalnya sangat rutin dan teratur sekali. Menurut dokterku, dan dari majalah-majalah yang aku baca, KB suntik adalah KB yang sangat efektif. Kemungkinan terjadi hamil kecil sekali. Dokterku bahkan setengah ngotot mengatakan, setelah hampir 10 tahun praktek dan menangani beribu-ribu pasien, baru terjadi pertama kali ini. Apalagi kegagalan KB ini baru diketahui setelah usia kandungan memasuki bulan ke tiga. Aku sendiri bersama suami tidak pernah menyangka, apalagi membayangkan akan terjadi kehamilan di luar program kami berdua. Memang, kami berencana memberi adik pada Puput, jika ia sudah bersekolah di TK kelak.
Begitu tahu aku hamil lagi, aku sempat stres. Karena aku merasa belum menyiapkan mental untuk melahirkan dan menimang bayi lagi. Apalagi aku dan suami sepakat untuk memberikan kasih sayang sepuas-puasnya dulu pada Puput. Juga kasih sayang dari eyang-eyangnya. Maklum si Puput merupakan cucu pertama dari kedua orang tua kami.

Namun ternyata Tuhan memang punya kuasa. Aku yang sedikit "enggan" menerima kehamilanku, terhibur dengan tingkah Puput yang semakin manis. Pas aku hamil, Puput enggak pernah nakal dan rewel. Malah badannya tambah gendut dan tambah pinter minum susunya. Yang jelas dia tidak lagi merepotkan mamanya. Sepertinya dia tahu kalau beban mamanya bertambah berat. Puput yang biasanya minta gendong, sekarang tidak lagi. Kalau lagi ada di dekatku, Puput selalu mengelus-elus perutku. Diciuminya perutku sambil berkata, 'adik bobo ya, adik bobo ya...Terharu rasanya hati ini. Kok kayaknya Puput lebih bisa menerima kelahiran adiknya dibanding aku. Padahal, rasanya aku belum puas memberikannya perhatian dan kasih sayang.

Peran suamiku juga tak kurang-kurangnya. Dia selalu menghibur dan memberi pengertian tanpa mengenal lelah kepadaku. Kasih sayangnya semakin besar kepada kami berdua. Dia selalu mengajak aku mensyukuri karunia yang tak terduga itu. Benar juga suamiku. Karena kekecewaan yang aku rasakan, aku hampir lupa mensyukuri karunia yang diberikan Allah. Padahal Allah masih mempercayai kami untuk diberi titipan harta yang tak ternilai. Ya Allah, ampuni aku.
Wahyu Indriani, Ibu dari Valma Putri Sabella (20 bulan)